Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part-1)

Avatar of PortalMadura.com
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)

Jalur Kamal-Kalianget Selesai 3 Tahun, Terkoneksi Dengan Kapal Fery

 

PortalMadura.Com, Bangkalan – Ditengah belenggu penjajahan kolonial Belanda, masyarakat Madura sempat merasakan kemudahan transportasi. Jalur rel dibangun sepanjang pulau, dari Kamal hingga Kalianget, Sumenep. Kereta api pun menjadi sarana angkutan primadona kala itu.

Di Indonesia, jaringan kereta api yang dibangun umumnya dikenal hanya di dua pulau, yakni Jawa dan Sumatera. Pembangunan sarana transportasi darat dengan jalur khusus tersebut dilakukan oleh Belanda. Rakyat pribumi dikerahkan untuk membuat jalur kereta api yang panjangnya mencapai ratusan kilometer.

Adanya sarana transporasi si ular besi (nama lain kereta api) bukan tanpa alasan. Status penjajah membuat Belanda bisa bersikap dan berbuat apa saja di Indonesia. Lewat jaringan kereta api pula kekayaan alam Indonesia diangkut ke Belanda, juga diperjualbelikan ke negara lain. Sebaliknya, tak sedikit pekerja pribumi yang jadi korban saat dipekerjakan.

Mungkin tak banyak yang tahu jika Madura juga menjadi wilayah incaran Belanda untuk membangun jaringan transportasi kereta api. Selama tiga tahun, Belanda mewujudkan misi membangun jaringan kereta api di Madura. Namun dibalik misi tersebut terselip tujuan tertentu, salah satunya mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam Madura. Termasuk pula mengeksploitasi sumber daya manusia Madura sebagai pekerja pembuatan rel kereta api.

Jalur rel dari ujung timur ke ujung barat dibuat. Stasiun kereta api dibangun sebagai tempat menurunkan serta menaikkan penumpang. Depo didirikan untuk perbaikan dan perawatan lokomotif serta gerbong. Juga sejumlah bangunan lainnya sebagai penunjang berjalannya sistem perkeretaapian.

Kereta api hadir sebagai sarana angkutan penumpang maupun barang ke sejumlah tujuan di Pulau Garam. Saat itu, si ular besi menjadi satu-satunya angkutan umum atau massal. Tak heran bila kemudian sarana transportasi ini langsung menjadi primadona warga Madura.

Jelang memulai perjalanan, penumpang telah siap menunggu di stasiun. Pemandangan yang sama juga terlihat di sejumlah stasiun saat menanti kedatangan kereta api. Fakta lain yang terjadi, rangkaian gerbong yang terbatas nyatanya tak mampu menampung jumlah penumpang. Mereka yang tak ingin berdesakan dalam gerbong memilih naik ke atas gerbong atau berada di lokomotif.

Rangkaian gerbong tak hanya diperuntukkan bagi penumpang. Gerbong barang juga tersedia, yang tersambung dengan gerbong penumpang. Sedikitnya ada dua gerbong barang yang terdapat dalam rangkaian setiap kali operasional kereta api. Satu gerbong berisi sapi, satu gerbong lagi bermuatan garam atau hasil bumi lainnya.

Dulu peminat kereta api di Madura …Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.