PortalMadura.Com, Jakarta – Menjelang musim perayaan, lonjakan harga daging global mendorong pemerintah untuk mencari solusi guna menjaga stabilitas pasar. Salah satu langkah yang diambil adalah mempercepat persetujuan rumah pemotongan hewan dan menjajaki sumber pasokan baru. India, sebagai eksportir daging kerbau terbesar di dunia, berupaya meningkatkan ekspornya ke Indonesia setelah mengalami penurunan permintaan dari BUMN tahun lalu akibat harga yang kurang kompetitif bagi pedagang grosir. Meski sempat menghadapi tantangan regulasi dan kekhawatiran terkait Penyakit Mulut dan Kuku (FMD), daging kerbau India telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan Indonesia sejak 2016.
Asosiasi eksportir daging bovine India, AIMLEA, menyampaikan bahwa harga Free on Board (FOB) daging kerbau India saat ini berkisar antara USD 3.800 hingga USD 3.900 per metrik ton. Harga jual di pasar Indonesia diperkirakan sekitar Rp 62.000 per kg, lebih rendah dibandingkan harga sebelumnya yang mencapai Rp 86.000 per kg. Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh faktor musiman, peningkatan permintaan selama Ramadan dan hari raya lainnya, serta ketersediaan bahan baku di India yang cenderung menurun saat musim panas dan meningkat kembali pada musim hujan.
Tertundanya alokasi kuota dan penempatan pesanan tahun ini juga menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga di pasar domestik. Biasanya, keputusan kuota ditetapkan pada November untuk memastikan stabilitas pasokan menjelang Ramadan. Namun, tahun ini pesanan dilakukan terlalu dekat dengan periode tersebut, menyebabkan keterlambatan dalam distribusi dan penyesuaian harga. Selain itu, kebijakan pemerintah yang mengurangi kuota impor dari Australia, AS, dan Selandia Baru untuk swasta, serta lebih memprioritaskan BUMN, telah memicu keluhan dari importir daging swasta yang mengalami keterbatasan stok.
Para eksportir India menekankan bahwa perdagangan langsung daging, yang berjalan bersamaan dengan impor oleh BUMN, dapat menciptakan persaingan yang lebih sehat dan menekan inflasi di tingkat ritel. Dengan penataan distribusi yang lebih baik serta pengadaan yang tepat waktu, pemerintah dapat mengendalikan biaya yang disebabkan oleh perantara, menjaga harga tetap terjangkau, dan mendukung peningkatan konsumsi protein hewani per kapita di Indonesia.