PortalMadura.com – Nylon 6 dan Nylon 66 adalah jenis poliamida yang digunakan luas dalam industri manufaktur. Meskipun keduanya serupa dalam banyak hal, perbedaan struktur kimianya menghasilkan sifat fisik dan mekanis yang berbeda. Nylon 6 memiliki titik leleh yang lebih rendah, sementara Nylon 66 lebih tahan terhadap suhu tinggi dan lebih keras. Kedua material ini sangat berharga dalam industri tekstil dan otomotif, di mana kekuatan mekanis, ketahanan terhadap suhu, dan kemampuan redaman diperlukan.
Nylon 6 ditemukan oleh Paul Schlack pada tahun 1930-an, sementara Nylon 66 dikembangkan oleh Du Pont pada periode yang sama. Di Indonesia, Nylon 66 diproduksi dalam jumlah besar, sekitar 198.496,74 ton per tahun, dengan permintaan yang tinggi di berbagai sektor industri. Selain itu, Nylon 6 juga penting dalam industri serat sintetis Indonesia, meskipun produksi lebih berfokus pada Nylon 66.
Meskipun memiliki kesamaan dalam kekuatan mekanis, ketahanan terhadap sobek, dan isolasi listrik, perbedaan utama antara keduanya terletak pada titik leleh dan penyerapan air. Nylon 6 lebih cocok untuk aplikasi yang membutuhkan fleksibilitas dan ketahanan benturan, seperti pada komponen otomotif, sementara Nylon 66 lebih cocok untuk aplikasi yang membutuhkan kekakuan dan ketahanan suhu tinggi, seperti bantalan atau tutup radiator.
Industri manufaktur Indonesia, yang berkontribusi sekitar 16,30% terhadap PDB, sangat bergantung pada bahan-bahan berbasis nylon. Pemilihan material yang tepat antara Nylon 6 dan Nylon 66 sangat memengaruhi kualitas dan ketahanan produk yang dihasilkan. Dengan dukungan platform Tokoplas, industri dapat lebih mudah mendapatkan bahan baku berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan inovasi sektor manufaktur.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES.