Saksi Bisu Keramahan dan Sopan Santun Warga Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
dok. Labang Mesem Keraton Sumenep (Foto. Arif Cool Break)
dok. Labang Mesem Keraton Sumenep (Foto. Arif Cool Break)

PortalMadura.Com, – Pintu masuk menuju keraton Soengennep () yang disebut ‘‘ (pintu tersenyum) tidak asing bagi warga Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Namun, asal mula penamaan pintu depan Keraton Sumenep yang berlokasi di Jalan dr. Soetomo tersebut tidak banyak tahu arti dan isyarat yang dapat diambil hikmahnya pada era digital saat ini.

Sederhananya, Sumenep adalah saksi bisu keramahan dan sopan santun warga Sumenep tempo dulu yang terjaga hingga saat ini.

Dalam sebuah kesempatan, Bupati Sumenep, A Busyro Karim menyampaikan, setidaknya ada tiga versi sejarah yang melatari pemberian nama Labeng Mesem tersebut.

Versi pertama, pada zaman dahulu pintu gerbang menuju Keraton Sumenep itu dijaga oleh dua orang cebol.

Hal ini dapat dilihat dari dua ruangan dengan pintu rendah di kanan dan kiri gerbang Labang Mesem.

Maka tidak heran bila orang-orang yang melintas di gerbang tersebut senantiasa ‘mesem‘ (tersenyum).

Versi kedua, menyebutkan ruang terbuka di atas pintu gerbang tersebut merupakan tempat raja untuk mengawasi sekitar keraton.

Raja juga mengawasi putri-putrinya dan para istrinya yang sedang mandi di Taman Sare (nama tempat pemandian) berlokasi sebelah timur keraton.

Konon, ketika sedang memerhatikan putri dan atau istrinya yang sedang mandi itu, raja tampak mesem-mesem (senyum-senyum).

Versi ketiga, suatu ketika Keraton Sumenep berhasil memukul mundur pasukan dari kerajaan Bali. Raja Bali bermaksud menuntut balas. Mereka pun datang ke Sumenep beserta bala tentaranya.

Namun siapa sangka, ketika mereka sudah sampai di depan gerbang Keraton Sumenep, amarah yang diselimuti dendam berubah menjadi senyum ramah dan penuh persahabatan.

Menurut Busyro Karim, penamaan Labang Mesem Keraton Sumenep merupakan simbol atau perlambang atas sikap keramah-tamahan dan penuh senyum dari para raja dan seluruh orang Keraton Sumenep dalam menerima tamu.

“Filosofi dari Labang Mesem itu, sampai saat ini tetap melekat dalam kehidupan warga Sumenep. Ramah, murah senyum dan sopan terhadap semua orang, lebih-lebih bagi tamu yang datang ke Sumenep,” tandas Busyro.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.