Sanggar Tarara, Wujud Kebangkitan Kesenian Bangkalan (Part-1)

Avatar of PortalMadura.com
Sanggar Tarara, Wujud Kebangkitan Kesenian Bangkalan (Part-1)
Sanggar Tarara menjadi pengisi acara di ajang Madura Award 2018. (Foto. Istimewa)

Agar keberadaan wadah tarinya tak diragukan, calon anak didik diminta datang langsung ke tempat latihan, tepatnya di Pendopo Agung , bersama orang tua masing-masing. Tentu dengan maksud agar orang tua bisa melihat langsung aktifitas latihan, tahu siapa pelatihnya, serta bisa bertanya banyak hal soal wadah pembinaan yang dikelola Sudarsono.

Hanya 5 Tahun Bersama Dwi Kurniawan

Sanggar Tarara, Wujud Kebangkitan Kesenian Bangkalan (Part-1)
Kebersamaan Dwi Kurniawan atau Pa'ong (kedua dari kanan) dan Sudarsono membina tari hanya berjalan lima tahun. (Foto. Istimewa)

Sudarsono dan Dwi Kurniawan dipertemukan ketika sama-sama menjadi anak didik di Sanggar Bina Setra Bangkalan yang diasuh RM. Hasan Sasra dan Drs. Slamet Mestu. Saat itu Sudarsono mengenyam bangku pendidikan kelas satu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 4 Bangkalan, tahun 1980. Keduanya sama-sama menjadi penari inti di sanggar tersebut.

Saat Sanggar Bina Setra vakum, keduanya berpisah dan punya kesibukan masing-masing. Sudarsono tetap setia menggeluti tari dan musik, sedang Dwi Kurniawan beralih ke bidang seni lukis. Meski jarak menjauhkan, namun keduanya kerap menyempatkan waktu untuk bertemu. Obrolan ringan ataupun diskusi yang dibangun tak hanya seputar bidang seni masing-masing, tapi juga sikap keduanya terhadap lumpuhnya kesenian di Bangkalan.

“Dalam sebuah kesempatan saya mengutarakan niat sekaligus ajakan pada Pa'ong (Dwi Kurniawan) untuk membina tari. Hanya sebatas membina, bukan bermaksud mendirikan sanggar. Wadah pembinaan tari tersebut sengaja tanpa nama. Niatnya semata-mata untuk menghidupkan kembali tari di Bangkalan. Ajakan yang langsung direspon positif oleh Pa'ong,” katanya.

Sayang, kebersamaan keduanya hanya berjalan lima tahun. Saat semangat dan gairah mencetak bibit-bibit penari tengah berapi-api, Sudarsono harus menerima kenyataan pahit. Dwi Kurniawan tutup usia tahun 2001. Batin Sudarsono terguncang mendengar kabar duka ini. Dalam balutan kesedihan hati kecilnya berkata, “Bisakah saya mengelola wadah tari ini seorang diri?”.

Kebulatan …

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.