'Tacceggan' Permainan Anak Madura Yang Hilang

Avatar of PortalMadura.com

PortalMadura.Com, Madura – Permainan ‘Tacceggan' merupakan salah satu permainan yang banyak dimainkan oleh anak-anak pengembala tempo dulu. Permainan ini, awalnya banyak dijumpai di wilayah Kabupaten dan , Madura, Jawa Timur.

Tacceggan berasal dari kata ‘Tacceg'. Artinya ‘Tancap' permainan ini melemparkan sabit (alat untuk menyabit rumput), yang ditujukan pada sebuah tiang bambu yang telah dipancang. Yang dapat menancapkan sabitnya terdekat pada tiang bambu yang menjadi pemenangnya.

Disebutkan dalam jawatimuran.wordpress.com, di daerah perkampungan Madura, banyak pengembala kerbau atau sapinya. Sementara kerbau atau sapi-sapinya merumput, mereka mengadakan permainan tersebut.

Caranya mula-mula memancangkan sebuah bambu, masing-masing anak mengumpulkan rumput sebagai hadiahnya.

Beberapa meter dari bambu yang telah terpancang terdapat sebuah garis pembatas. Pembatas itu untuk melemparkan sabit. Selanjutnya, anak-anak serempak melemparkan sabitnya masing-masing ke bambu tersebut.

Sabit yang menancap paling dekat ke tiang bambu itulah yang menang. Pemiliknya atau pelemparnya berhak mendapatkan setumpuk rumput yang dijadikan hadiahnya.

Di wilayah Kabupaten Sumenep, pernah dijumpai di Desa Juruan Laok, Juruan Daya, dan Desa Badur, Kecamatan Batuputih. Permainan tersebut sering dilakukan pada sore hari. Anak-anak pengembala tersebut seringkali berkumpul di lahan yang luas dan terdapat tumpuhan rumput yang cocok untuk makanan ternaknya.

Awalnya, Tacceggan ini hanya sebagai pengisi waktu belaka, sambil menunggu gembalaannya. Lama-lama menjadi sebuah permainan yang menyenangkan bagi anak gembala. Selain sebagai hiburan juga disertai hadiah berupa rumput yang dikumpulkan bersama-sama pemain.

Permainan yang menggambarkan kebersamaan sesama pengembala dan kecerdasan dalam melempar sabit tersebut, kini tak terlihat lagi. Anak-anak Madura, mulai disibukkan dengan permainan serba instan yang dihasilkan dari kecanggihan teknologi.

Haruskah permainan yang membawa pada kreatifitas seseorang dan kebersamaan dalam kebaikan hilang dengan sendirinya karena ditinggal oleh masyarakat Madura sendiri?. (Hartono)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.