Tanggul Sungai Kebunagung Jebol untuk Kedua Kalinya, Ribuan Rumah Terendam Banjir

Tanggul Sungai Kebunagung Jebol untuk Kedua Kalinya, Ribuan Rumah Terendam Banjir
Tanggul Sungai Kebunagung Jebol untuk Kedua Kalinya, Ribuan Rumah Terendam Banjir

PortalMadura.com— Tanggul di Sungai Kebunagung atau lebih dikenal sebagai Kali Anjuk kembali jebol untuk kedua kalinya pada Selasa (13/05/2025), menyebabkan banjir besar yang merendam ribuan rumah warga di sepanjang aliran sungai.

Ketinggian air bahkan mencapai dada hingga pinggang orang dewasa di beberapa titik terdampak.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sumenep, Eri Susanto, mengatakan bahwa tanggul tersebut pertama kali jebol pada bulan Januari lalu, dan kali ini kembali jebol akibat intensitas hujan yang sangat tinggi di wilayah hulu sungai.

“Penyebab utama adalah curah hujan yang ekstrem, terutama di wilayah utara seperti Ambunten, Guluk-Guluk, dan Dasuk,” ujar Eri saat memberikan keterangan kepada awak media, Kamis (15/05/2025).

Menurut Eri, hujan deras dengan intensitas mencapai 150 mm di wilayah utara membuat debit air Sungai Kebunagung melonjak drastis.

Hal ini menyebabkan tanggul gagal menahan luapan air meskipun curah hujan di Kota Sumenep hanya sekitar 90 mm.

“Jika ketinggian air mencapai angka 90, daerah selatan seperti Patean sudah masuk dalam tahap waspada. Namun kali ini, ketinggian air mencapai 105, sehingga air meluap ke jalan raya dan pemukiman warga.”

Akibat banjir ini, jalur utama penghubung Sumenep–Pamekasan di Nambakor, Saronggi, sempat ditutup sementara karena ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Arus lalu lintas dialihkan melalui jalur alternatif di Kecamatan Lenteng.

Daerah yang paling parah terdampak adalah Desa Patean di Kecamatan Batuan dan Desa Muangan di Kecamatan Saronggi.

Sebagai langkah antisipasi, Dinas PU Bina Marga Kabupaten Sumenep telah berkoordinasi dengan Dinas PU Provinsi Jawa Timur untuk segera memperbaiki tanggul yang jebol.

“Kami harus berkoordinasi dengan Provinsi karena sungai ini berada di bawah kewenangan mereka. Hari ini rencananya alat berat akan didatangkan, dan perbaikan dimulai besok,” kata Eri.

Selain faktor alam, Eri juga menyoroti kebiasaan sebagian petani yang melubangi tanggul untuk memasang pipa pengairan sawah. Menurutnya, praktik ini secara bertahap melemahkan struktur tanggul dan meningkatkan risiko kerusakan.

“Kalau tanggul sering dilubangi untuk pipa, lama-kelamaan tentu akan mengurangi daya tahan tanggul terhadap tekanan air.”

Pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan, terutama saat musim hujan masih berlangsung.

Upaya peningkatan infrastruktur serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keberadaan tanggul akan terus digalakkan guna mencegah bencana serupa di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses