Tembang Macapat (Macopat) Madura Mulai Jarang Terdengar

Avatar of PortalMadura.Com
Tembang Macapat (Macopat) Madura Mulai Jarang Terdengar
Ist. dok. Macapat Madura

PortalMadura.Com, – Kesenian (Macopat, ) yang berisi tembang berbahasa jawa dan ditertjemahkan ke dalam bahasa Madura mulai jarang terdengar di pelosok-pelosok desa.

“Ini karena memang peminatnya sedikit. Disisi lain, tidak adanya pelestarian dan pembinaan yang intens dari penentu kebijakan. Dalam hal ini pemerintah daerah atau dinas yang mempunyai garapan untuk seni budaya,” kata salah seorang budayawan Sumenep, H. Ibnu Hajar pada PortalMadura.Com, Senin (28/9/2015).

Menurutnya, pemerintah daerah, dewan kesenian, komisi 4 DPRD, Dinas Pendidikan, Dinas terkait, dan dewan pendidikan serta pelaku seni lainnya harus duduk bersama dalam rangka penyelamatan seni budaya lokal yang menjadi ciri khas Kabupaten Sumenep.

“Itu penting dilakukan tidak hanya pada seni macapat saja. Tapi, untuk semua kesenian dan budaya yang sudah nyaris punah, bahkan sudah lenyap,” terangnya.

Melalui basis pendidikan, sambungnya, maka kesenian dan buaya akan dicintai oleh kader-kader muda Sumenep. Karena, satu-satunya lembaga yang mampu mentransfer nafas seni-budaya hanya lembaga pendidikan.

“Nah, ini dibutuhkan regulasi yang jelas di lembaga pendidikan, sehingga seni-budaya yang kita miliki tidak hilang ditelan zaman,” tandasnya.

Awalnya, seni macapat, merupakan salah satu media untuk menyampaikan syiar Islam yang dilakukan wali songo (9). Isinya, adalah tembang yang sifatnya pujian keagamaaan atau mengagungkan sang pencipta.

Bahkan, selain berisi pujian, tembang tersebut menyampaikan ajaran, anjuran, serta ajakan untuk mencintai ilmu pengetahuan, ajakan untuk bersama-sama membenahi kerusakan moral dan budi pekerti, mencari hakekat kebenaran serta membentuk manusia ber-kepribadian dan ber-budaya.

Melalui tembang Macapat setiap hati manusia diketuk untuk lebih mendalami serta memahami tentang makna hidup. Lebih dalam lagi, syair-syair yang terkandung dalam tembang Macapat merupakan manifestasi hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta ketergantungan manusia kepada Sang Penguasa Alam Semesta.(lontarmadura/har)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.