Urgensi Organisasi bagi Kaum Intelektual

Avatar of PortalMadura.Com
Urgensi Organisasi bagi Kaum Intelektual
Ist. Ubay Nizar Al-Banna

Mahasiswa acapkali disebut sebagai , cendekiawan, pembela rakyat, dan berbagai “gelar” sosial. Dalam strata pendidikan, mahasiswa merupakan “pucuk” tertinggi hirarki pendidikan, dan dalam strata sosial mahasiswa kerap dianggap sebagai penghuni “poros tengah” sebagai pengontrol, dengan daya intelektual dan nalar kritisnya.

Dengan harapan dan fungsi mahasiswa yang sedemikian rupa, maka perlu bagi mahasiswa untuk lebih memperdalam wawasannya, mengasah kemampuan analisisnya, serta melatih paduan kecakapan nalar kritis dan retorikanya. Secara sederhana dapat kita simpulkan sebagai kemampuan “softskill” dan bukan hanya memaksakan pendalaman keilmuan pada ranah fakultatifnya semata.

Namun, perlu ditekankan pula bahwa kemampuan “hardskill” pun tak kalah pentingnya, maka alangkah baiknya jika mahasiswa mampu menyeimbangkan (balance) “komposisi” pendalaman hardskill dan softskillnya.

Kita tidak akan membicarakan bagaimana melakukan pendalaman hardskill yang mengacu pada keilmuan fakultatifnya dan memang sudah seharusnya menjadi kewajiban mahasiswa sebagai insan akademis, tapi kita akan “sedikit” mengupas pentingnya softskill dalam mengembangkan kapasitas dan mindset (pola pikir) mahasiswa. Salah satu “wadah” ataupun sarana pengembangan softskill adalah organisasi (organization).

Menurut KBBI, organisasi bisa diartikan sebagai suatu perkumpulan antara beberapa orang untuk tujuan tertentu. Organisasi secara harfiah memanglah dapat dikatakan sebagai sebuah wadah, yang mana terdiri dari orang-orang (dua orang atau lebih) yang memiliki tujuan sama, yang tentunya berkeinginan untuk mencapai tujuan tersebut.

Organisasi dapat dibedakan dalam banyak tipologi, misalnya berdasarkan tujuan organisasi, ia dapat dikelompokkan sebagai organisasi yang profit oriented dan non-profit oriented dimana organisasi yang berorientasi pada profit (keuntungan, laba) maka dalam setiap aktivitas organisasinya, ia akan selalu mengacu pada hitung-hitungan keuntungan yang akan ia peroleh.

Sedangkan bagi organisasi yang non-profit, fungsional organisasi tersebut biasanya lebih cenderung pada pengabdian, pemberdayaan, dan sebagainya, di sektor sosial-kemasyarakatan, sektor ekonomi, kesehatan, dan lain sebagainya.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.