PortalMadura.Com – Malam 1 Suro atau Muharram memiliki makna penting bagi orang Jawa. Umumnya melakukan tirakat, lek-lekan atau tidak tidur semalam suntuk.
Malam 1 Suro atau yang disebut 1 Muharram tersebut adalah sama. Bedanya, hanya dalam penyebutan dan tradisi yang mengiringi.
Jika 1 Muharram merupakan penanda datangnya tahun baru hijriah dalam Islam. Sedangkan 1 Suro adalah tradisi serupa dalam budaya masyarakat Jawa.
Dalam laporan tempo.co, masyarakat Jawa melakukan tuguran (perenungan diri dan berdoa) di tempat-tempat tertentu pada malam 1 Suro.
Tempat yang dipilih, di antaranya tempat-tempat keramat. Mereka melakukan ritual mandiri (sendiri) dengan khusuk.
Tujuannya membersihkan diri dan bentuk syukur kepada Tuhan yang sudah memberikan kehidupan dan menghidupi makhluk di muka bumi.
Apa makna bulan Suro bagi masyarakat Jawa?. Pada petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id disebutkan, bahwa sebagai pengingat.
Masyarakat Jawa memiliki keyakinan bahwa harus tetap eling (ingat) dan tetap waspada. Ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai mahluk Tuhan.
Waspada diartikan bahwa dalam menjalani kehidupan harus terjaga dari hal-hal yang buruk dan dari berbagai godaan hidup yang menyesatkan.
Setiap daerah di Jawa, memiliki cara tersendiri dalam memperingati tahun baru Islam tersebut.
Namun dari sekian tradisi yang berbeda itu, terdapat sesi doa bersama sebagai wujud pengabdian dan permohonan kepada Tuhan.
Tujuannya, untuk mendapatkan berkah dan menangkal marabahaya selama 1 tahun yang akan dijalani.(*)