20 Orang Tewas dalam Kerusuhan di Jayapura dan Wamena

Avatar of PortalMadura.com
Unjuk rasa di Wamena Papua, fasilitas publik dibakar massa
Massa pengunjuk rasa bakar kantor Bupati Jayawijaya di Wamena, Papua (Tribunnews.com)

PortalMadura.Com – Sebanyak 20 orang tewas akibat kerusuhan yang terjadi di Jayapura dan Wamena, Papua pada Senin, (23/9/2019).

20 orang yang tewas tersebut yakni tiga orang mahasiswa dan satu anggota TNI yang tewas dalam kerusuhan di Jayapura. Sedangkan 16 orang lainnya warga sipil yang tewas sebagai dampak kerusuhan di Wamena.

Kepala Penerangan Kodam Cendrawasih Letkol CPL Eko Daryanto membenarkan informasi tersebut.

“Penyebabnya masih diselidiki, tapi dari 16 warga sipil yang tewas di Wamena ada beberapa yang ditemukan tewas di dalam ruko yang terbakar,” kata Eko kepada Anadolu Agency.

Dia menduga korban tewas akibat aksi perusuh yang membakar ruko-ruko di Wamena. Selain itu, 65 orang lainnya luka-luka.

Eko mengatakan situasi di Wamena telah bisa dikendalikan pada Senin malam, namun aparat TNI-Polri masih bersiaga.

Gejolak di Wamena bermula pada Senin pukul 07.15 WIT ketika sejumlah anak sekolah dari SMA PGRI berdemonstrasi di halaman sekolah sebagai respons terhadap tindakan rasialis seorang guru terhadap siswanya.

Mereka mengajak siswa dari sekolah yayasan Yapis dan masyarakat untuk ikut unjuk rasa.

“Namun sekolah Yapis tidak mau ikut demonstrasi sehingga anak sekolah yayasan Yapis melakukan perlawanan,” kata Kamal.

Gesekan itu meluas hingga terjadi pembakaran di Kabupaten Jayawijaya.

Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar AM Kamal kemudian menyatakan, isu tersebut merupakan hoaks. Dia meminta masyarakat tidak terpancing.

Kerusuhan juga terjadi di Jayapura pada Senin siang dan menyebabkan tiga mahasiswa serta satu prajurit TNI tewas.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, tiga orang mahasiswa tersebut diduga tewas akibat terkena peluru karet. Sedangkan anggota TNI tewas akibat bacokan.

“Untuk mengetahui penyebab pastinya harus diautopsi dulu,” kata Dedi di Jakarta, Senin.

Selain itu, enam anggota Brimob luka berat akibat terkena benda tumpul, lemparan batu di kepala, serta bacokan senjata tajam. 20 Mahasiswa lainnya juga luka-luka.

Kejadian bermula ketika sekitar 200 mahasiswa, yang diduga merupakan mahasiswa ekodus dari berbagai wilayah di Indonesia, mendatangi Universitas Cendrawasih pada Senin pagi.

Mereka memblokir jalan, memasang spanduk dan berencana mendirikan posko di arean Uncen.

Setelah negosiasi dengan rektorat dan Polda Papua, mahasiswa tersebut sepakat pergi dari kampus Uncen. Mereka kemudian diantar menggunakan kendaraan TNI-Polri menuju Expo Jayapura.

Dedi mengatakan situasi berubah mencekam ketika sekitar pukul 12 hingga 13 siang, mereka menyerang anggota TNI dan Polri.

Brimob, sesuai Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 dan Nomor 7 Tahun 2009, melakukan tindakan untuk melumpuhkan mahasiswa.

“Akibat dari tindakan tersebut ada 3 yang diduga mahasiswa eksodus tersebut meninggal dunia, kemudian 20 luka-luka,” kata dia.

Polisi juga mengamankan 318 mahasiswa yang diduga terlibat di dalam kerusuhan tersebut untuk diperiksa lebih lanjut keterkaitan mereka.

Dedi menuding kerusuhan yang terjadi tidak luput dari peran Benny Wenda, tokoh dari organisasi pro kemerdekaan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB).(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.