58% Pengguna Narkoba dari Kalangan Pelajar di Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
58% Pengguna Narkoba dari Kalangan Pelajar di Sumenep
Ilustrasi (NET)

PortalMadura.Com, – Kalangan mendominasi kasus penyalahgunaan norkoba di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Dari pengungkapan kasus narkoba sejak Januari-Juni 2020 oleh , tersangka berstatus pelajar mencapai 58% dari 65 tersangka untuk 44 kasus terungkap.

Kasat Narkoba Polres Sumenep, AKP Jaiman menjelaskan, yang melibatkan pelajar tingkat SMP tercatat 15 tersangka dan SMA/sederajat 23 orang.

“Total dari kalangan pelajar 38 tersangka. Berpendidikan S1 satu kasus. Sisanya, lain-lain,” terangnya, Sabtu (27/6/2020).

Keterlibatan dalam kasus narkoba, kata dia, ada yang menjadi pengedar, kurir hingga pengguna. “Dengan rincian, 13 tersangka sebagai pengedar, 28 berstatus kurir dan 24 tersangka selaku pengguna,” tuturnya.

Dari 44 kasus yang ditangani penyidik Polres Sumenep itu, mengamankan barang bukti sebanyak 234,47 gram narkoba jenis sabu.

Banyaknya pelajar yang terlibat dalam dugaan penyalahgunaan jenis sabu, pihaknya berharap agar orang tua selalu intens mengawasi putra-putrinya.

“Pergaulan dan lingkungan itu memiliki pengaruh besar bagi kehidupan pelajar. Orang tua dan masyarakat harus lebih mawas diri,” katanya.

Tanda-tanda Pengguna Narkoba

Orang tua dan masyarakat Sumenep diminta memahami tanda-tanda seseorang yang memakai narkotika.

Jaiman menyebutkan, tanda-tanda secara fisik dapat dilihat dari penglihatan (mata) merah, cekung atau sayu, pupil mata melebar atau menyempit, penurunan berat badan secara drastis, dan perubahan kebersihan.

Selain itu, ada masalah pada gigi, perubahan kulit dan biasanya terjadi masalah pada tidurnya yakni tidur terlalu banyak. Wajah pucat dan bibir tampak kehitaman. Dan yang sangat jelas adalah ada tanda bekas luka sayatan pada tangan serta sering sakit.

Bahaya Narkoba

Dampak negatif bagi pengguna narkotika atau bagi kalangan pelajar antara lain; lamban dan ceroboh saat kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, pengkhayal, penuh curiga, bersikap (menjadi) ganas dan tingkah laku yang brutal.

Selain itu, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, merasa tidak aman. Puncaknya, terjadi gangguan mental, anti-sosial dan asusila.

Bila hal itu terjadi, kata Jaiman, maka akan merepotkan dan menjadi beban keluarga sehingga pendidikan terganggu dan masa depannya akan suram.

“Apalagi hingga berperilaku tidak wajar dan mengalami gangguan kejiwaan,” pungkas Jaiman.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.