Tanggapan saat Melihat Warung Makan Buka Siang Hari di Bulan Ramadan

Avatar of PortalMadura.com
Warteg
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Saat siang hari di Bulan Ramadan, biasanya banyak sekali warung-warung makan atau yang biasa kita sebut warteg masih membuka dagangannya dan melayani orang-orang.

Sebenarnya pemerintah pun sudah melarang untuk membuka warung di siang hari pada bulan Ramadan.

Selain untuk memenjarakan nafsu hal tersebut juga sebenarnya menyangkut perihal etika atau akhlak yang harusnya tidak seperti itu disaat bulan Ramadan.

Di bulan yang suci ini Puasa kan bersifat wajib bagi umat muslim. Kecuali, perempuan yang haid, orang sakit, lansia, atau musafir, atau juga orang gila tidak diwajibkan untuk berpuasa.

Lalu bagaimana sebenarnya kita menanggapi perihal ini? Mari kita bahas bersama.

Makna puasa adalah dari segi bahasa yaitu imsak atau menahan. Menahan dalam arti luas tidak hanya dari makan dan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari, tapi juga menahan diri dari sifat amarah, sifat boros dan sifat buruk lainnya.

Persoalan menjual makanan di siang hari pada bulan Ramadhan ditanggapi dengan beragam dan dengan cara yang beragam pula. Setiap kita harus menahan diri dari memperolok-olok ungkapan orang lain baik yang berpendapat memperbolehkan jual makanan di siang hari maupun yang tidak atau yang menganjurkan untuk saling menghormati.

Dalam bermasyarakat kita sudah harus berkewajiban untuk saling menghormati satu dengan yang lainnya. Seyogiyanya di tengah lingkungan yang mayoritas masyarakatnya berpuasa tidak berjualan makanan pada siang hari. Layaknya seorang yang bertamu, tentunya seorang tamu tidak elok melakukan apa yang akan mengganggu kenyamanan tuan rumah.

Dalam al-Qur’an surah al-Nahl ayat 125 mengajarkan kita supaya mengajak dalam kebaikan dengan cara yang baik. Sama halnya dengan perintah amr ma’ruf dan nahi munkar harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf pula. Dalam bahasa lain adalah “jangan sapu lantai yang kotor dengan sapu yang kotor pula”.

Sebagai ibadah yang sangat bersifat individual, puasa menjadi sangat bergantung pada sikap individual seorang hamba. Tidak akan ada orang yang tau seseorang melakukan puasa atau tidak, kecuali dia jelas-jelas menunjukkan dia tidak puasa. Untuk itu sikap jujur dan sikap hati lainnya menjadi sangat penting dalam menjalankan ibadah puasa.

Karena puasa Rammadan ini wajib, maka mau tidak mau kita sebagai umat muslim yang bertakwa haruslah menjalaninya dan menahan hawa nafsu kita. Jadi intinya, kembali lagi pada diri sendiri saja teman-teman. Karena kalau sudah diniatkan dari hati, mau makanan seenak apapun sedang dijamukan didepan mata, Insya Allah kita tidak akan tergoda. Semoga bermanfaat, Wallahu a’lam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses