Aktivitas Erupsi Gunung Anak Krakatau Masih Berlanjut

Avatar of PortalMadura.com
Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlanjut
Petugas dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengamati kegiatan Anak Gunung Krakatau dengan menggunakan seismograf di pos pemantauan, di desa Pasauran, Banten, Indonesia pada 25 Desember 2018. (Eko Siswono Toyudho - Agensi Anadolu)

PortalMadura.Com, – Badan Nasional Penanggulangan Bencana () menyatakan aktivitas erupsi di masih terus berlanjut.

“Tremor masih terus, letusan juga masih berlangsung, hampir setiap menit terjadi letusan,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Jumat.

Sutopo mengatakan luncuran awan panas akibat erupsi Gunung Anak Krakatau mencapai radius dua kilometer dan abu vulkanik mengarah ke barat daya mengikuti arah angin.

BNPB menegaskan status Gunung Anak Krakatau hingga Jumat siang masih siaga level tiga.

“Tidak boleh ada aktivitas apa pun dalam radius lima kilometer,” kata dia.

Pemukiman terdekat dari Gunung Anak Krakatau, lanjut Sutopi, berada di Pulau Sebesi, Lampung Selatan.

Pemerintah baru mengevakuasi 1.600 penduduk dari total 2.814 penduduk Pulau Sebesi.

“Hari ini masih diproses evakuasi dengan empat kapal, ditempatkan di Kalianda dan Rajabasa,” tambah Sutopo. dilaporkan Anadolu Agency, Minggu (30/12/2018).

Sutopo juga meminta Masyarakat di sepanjang garis pantai yang terdampak tsunami Selat Sunda tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter hingga 1 kilometer dari garis pantai.

Namun, BNPB menyatakan potensi erupsi dari Gunung Anak Krakatau tidak akan sebesar letusan Gunung Krakatau pada 1883 lalu.

Menurut Sutopo, diameter Gunung Anak Krakatau hanya dua kilometer, enam kali lipat lebih kecil dibanding Gunung Krakatau, sehingga tidak akan menyebabkan bencana dan tsunami sebesar tahun 1883.

“Masyarakat tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan, mengacu pada institusi dan BNPB,” kata dia.

BNPB mencatat ada 351 ribu warga di Banten dan Lampung Selatan terdampak tsunami Selat Sunda.

Rinciannya, sebanyak 209.628 jiwa di Banten dan 141.611 jiwa di Lampung.

BNPB merekomendasikan untuk merelokasi Masyarakat yang tinggal di dekat garis pantai, kata Sutopo.

Namun dia menyadari opsi relokasi tidak mudah dilakukan dengan keterbatasan lahan, anggaran, dan pertimbangan mata pencarian Masyarakat yang sebagian besar adalah nelayan.

“Direkomendasikan Masyarakat di daerah pantai direlokasi, namun relokasi adalah opsi terakhir karena tidak mudah,” kata Sutopo.

Tsunami melanda kawasan Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018 lalu.

Lima kabupaten terdampak, yakni Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan tsunami itu terjadi akibat adanya longsoran Gunung Anak Krakatau yang erupsi sejak Juli 2018 lalu. (AA)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.