Bagaimana Jika Semangat Beragama tak Sejalan dengan Kualitas Pengetahuan di Kepala?

Avatar of PortalMadura.Com
Bagaimana Jika Semangat Beragama tak Sejalan dengan Kualitas Pengetahuan di Kepala
ilustrasi

PortalMadura.Com – Di zaman sekarang ini sudah banyak orang yang mau untuk meperjuangkan Islam. Banyak dari umat muslim terutama muslim di Indonesia mulai menyuarakan haknya terhadap suatu hal yang memang harus di bela kebenarannya.

Bahkan, demi membela agama islam, mereka siap berperang melawan siapa pun yang melawan agama. Bersimbah darah seolah menjadi harga yang murah.

Namun yang disayangkan, gairah beragama tersebut seringkali timpang jika dibandingkan pengetahuan yang dimiliki. Alih-alih mendekatkan diri dengan Allah SWT banyak orang melakukan ibadah yang karena tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup justru menjauhkan diri dari-Nya. Di zaman sekarang Indonesia sangat sensitive sekali dalam urusan agama. jika ada hal yang menyenggol sedikit mereka (rakyat) akan marah sejadi-jadinya. yang menjadi permasalahan adalah mereka yang ikut membela akan tetapi dengan cara yang salah.

Banyak Masyarakat mementingkan egonya dari pada agamanya. maksudnya disini adalah mereka memilih untuk memarahi, bukan menasehati, menghakimi tanpa tabayyun dengan objek permasalahan (karena dalam agama Islam juga terdapat cara untuk menanggapi suatu masalah yaitu dengan tabayyun atau dibicarakan baik-baik terlebih dahulu untuk mengatahui maksud dari masalah yang sebenarnya). Tak jarang pula Masyarakat berani untuk mempersekusi mati mereka yang menjadi objek permasalahan. Nah, Hal inilah yang sebenarnya menjadi ketimpangan saat kita mau dengan semangat membela agama, dan kita mau untuk beragama namun tak diiringi dengan kualitas pengetahuan yang seimbang, sehingga yang terjadi adalah amarah dan ego akan lebih tinggi dari pada agamanya. Subhanallah.

Lebih jauh, gairah beragama yang tidak diimbangi dengan pengetahuan dapat membahayakan umat lain. Pemahaman takfiri yang diartikan begitu sempit, acapkali digunakan sebagai dalil legalitas untuk menumpas darah kaum muslim yang tidak sepaham. Kita juga menyaksikan dengan terang benderang bagaimana ISIS yang gagal memahami makna jihad membuat Negara suriah hancur berantakan.

Habib abdullah bin alawi al-haddad dalam risalah al-muawanah mengatakan:

“Dampak buruk seorang yang beribadah kepada Allah SWT. tanpa disertai ilmu, jauh lebih banyak dari manfaat yang dihasilkan. Banyak orang beribadah dengan menguras tenaganya, namun ia justru melakukan kemaksiatan yang ia kira sebuah ketaatan.”

Beliau lalu bercerita tentang seorang lelaki yang dalam kesehariaannya sangat rajin melakukan ibadah. Salat malam, puasa sunah, dan dzikir tak pernah luput ia lakukan. Bahkan ia tak sempat berpikir untuk meminang seorang istri dan membangun keluarga.

Suatu hari ia membeli seekor himar betina. Anehnya, himar tersebut tak pernah ia gunakan sebagai kendaraan ataupun diternak. Ketika ditanya mengenai hal itu, ia mengatakan, “Aku ini lelaki yang tidak beristri. Jadi setiap hasrat lelakiku tak bisa kutahan, aku melampiaskannya pada himar ini. Karena itulah aku membelinya.” Rupanya lelaki dalam tokoh cerita kita ini tidak tahu bahwa mengawini hewan hukumnya haram.

Ketika diberitahu, ia spontan menangis sejadi-jadinya dan bertaubat.

Waba’du, gairah beragama yang besar jika dibimbing dengan pengetahuan yang baik akan menelurkan seorang generasi muslim yang cerdas dan militan. Sedangkan gairah beragama yang tidak didasari pengetahuan, dan tak jarang bercampur dengan emosi pribadi, kerap membuat seorang kalap dan berbuat hal haram.

Dalam suatu perang, Sayyidina Ali berhasil memukul jatuh salah seorang musuh. Ketika beliau menghunus pedang hendak membunuhnya, musuh tersebut meludahi wajah sayyidina Ali. Spontan sayyidina Ali meninggalkan musuh tersebut dan tidak jadi membunuhnya. Ketika sahabat bertanya tentang sikap beliau, beliau menjawab, “Sebelum ia meludahiku, aku membunuhnya karena Allah Swt. Namun ketika ia meludahiku, emosiku muncul. Aku khawatir nanti aku membunuhnya karena emosiku sendiri, bukan karena Allah Swt.”

Sayyidina Ali -yang berjuluk gerbang ilmu- dengan pengetahuannya yang mendalam, tahu betul bagaimana membedakan kepentingan agama dan pribadi. Bagaimana dengan kita? Semoga kita diberikan perlindungan oleh Allah SWT agar ketika kita hendak hijrah, kita istiqomah dan selalu bersabar. Amin Allahumma Amin. (islami.co/Anek)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.