Opini  

Bahasa Indonesia di Media Sosial Era Sekarang

Avatar of PortalMadura.com
Bahasa Indonesia di Media Sosial Era SekarangBahasa Indonesia di Media Sosial Era Sekarang
Bahasa Indonesia di Media Sosial Era Sekarang

Oleh: Anggitha Cubie Sahari

saat ini sudah menjamur di semua kalangan. Sebut saja Instagram, Twitter, TikTok, dan Facebook yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja. Tentu dengan mudahnya akses media sosial tersebut menjadi tidak ada sekat antara satu orang dengan lainnya. Bisa dikatakan dengan bermedia sosial kita menjalin silaturahmi secara luas dan tak terbatas.

Akses pada media sosial yang begitu masif dan cepat dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang semakin serba mudah dan cepat saat ini. Pengaruh Internet of Thing menjadi faktor utama mudahnya akses pada media sosial. Akses internet bisa dilakukan oleh siapapun tidak mengenal umur dan latar belakang sosial seseorang.

Penggunaan bahasa dalam bermedia sosial menjadi ciri, identitas dari seseorang dalam menyampaikan pendapat, pikiran, bahkan perasaan lewat media sosial. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Yudhistira dalam laman website dari badan Bahasa Maluku bahwa dalam  media sosial, bahasa adalah perpanjangan atas pola pikir dan pesan-pesan yang hendak kita sampaikan.

Tidak heran jika kita amati dewasa ini penggunaan bahasa di media sosial menjadi sangat beragam bentuknya. Penggunaan bahasa melalui stand up comedy, sajak yang ditulis untuk mewakili perasaan penulisnya, dan penggunaan caption yang beragam penulisannya menjadi pilihan seseorang dalam menggunakan bahasa dalam media sosial. Yudhistira menyampaikan dalam laman websiten Badan Bahasa Maluku bahwa setiap pengguna media sosial punya kebebasan untuk menentukan gaya bahasanya masing-masing.

Beragamnya penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidahnya disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, pada media social bahasa bersifat non formal sehingga penggunaan bahasa tidak begitu disoroti. Kedua, sebagai media komunikasi kadang ada kosakata slang (gaul) maupun asing yang tidak ada dalam Bahasa Indonesia namun cukup bisa menyampaikan maksud seseorang. Dampak dari alasan kedua ini terlihat dari masuknya bahasa slang di kamus besar bahasa Indonesia, seperti mager, bucin, alay, gebetan, julid, ambyar, baper, pansos, jastip, bokap dan kepo.

Bahasa yang terdapat dalam media sosial secara garis besar memiliki dua bentuk yakni bahasa formal dan bahasa informal. Bahasa informal yakni bahasa yang digunakan secara lebih santai dan tidak terlalu memerhatikan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Penggunaan bahasa informal seperti bahasa daerah, penyerapan kosakata asing, dan bahasa gaul atau disebut internet slang. Ketidakpakeman penggunaan bahasa dalam media sosial disebabkan oleh teknologi itu sendiri dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa daerah, serta serapan bahasa di media sosial lain dari bahasa asing yang begitu massif memengaruhi bahasa nasional (Kantor Bahasa Maluku, 2019)

Penggunaan bahasa yang terus berkembang dan meluas dalam bermedia sosial lambat laun akan menggerus keutuhan penggunaan Bahasa Indonesia yang benar dan baik. Bahasa gaul yang digunakan secara terus menerus akan menyebabkan anak muda tidak tahu-menahu mengenai kosakata yang baku serta bahasa yang baik dan benar (Kantor Bahasa Maluku, 2021).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013:67), menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri, percakapan (perkataan yang baik, sopan, dan santun). Pengertiaan bahasa yang arbitrer menjadi alasan berkembangnya istilah-istilah baru di media sosial. Namun, perlu disadari dan dipahami penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa lambat laun akan menggeser eksistensi Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Media sosial dan individu saat ini tidak bisa dipisahkan dan akan menjadi media ekspresi seseorang. Bijak bermedia sosial perlu terus ditingkatkan supaya menjaga keharmonian di dalam ragamnya perbedaan yang ada. Upaya bijak bermedia sosial bisa diwujudkan dengan penggunaan bahasa yang baik, benar, dan bisa diterima. Peran pemerintah dan masyarakat diperlukan dalam mengawal eksistensi Bahasa Indonesia di tengah kemajuan yang terus tidak ada hentinya. Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa, sudah semestinya kita sebagai warga negara Indonesia menjaga Bahasa Indonesia supaya tidak ada kemerosotan dalam berbahasa Indonesia yang santun, baik, dan benar.

Mengingat generasi milenial yang mendominasi platform media sosial, maka peran generasi milenial dibutuhkan dalam mengawal Bahasa Indonesia supaya tetap eksis di era sekarang. Upaya menjaga bahasa agar tetap menjadi acuan dalam berbahasa bisa dilakukan mulai dari diri sendiri dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai konteksnya. Berangkat dari diri sendiri akan mencontohkan kebaikan terhadap yang lain.

Daftar Rujukan:

  • narabahasa.id. (2020, 28 September). Konsistensi Gaya Bahasa dalam Media Sosial. Diakses pada 15 April 2023, dari https://narabahasa.id/linguistik-interdisipliner/stilistika/konsistensi-gaya-bahasa-dalam-media-sosial
  • kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id. (2019, 23 September). Pemakaian Bahasa dalam Media Sosial. Diakses pada 15 April 2023, dari https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2019/09/pemakaian-bahasa-dalam-media-sosial/
  • kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id. (2021, 12 Agustus). Fenomena Istilah Gaul Memengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia. Diakses 15 April 2023, dari https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2021/08/fenomena-istilah-gaul-memengaruhi-perkembangan-bahasa-indonesia/
  • kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id. (2018, 11 Juli). Bahasa Indonesia pada Media Massa. Diakses 15 April 2023, dari https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2018/07/bahasa-indonesia-pada-media-massa/

Penulis adalah Mahasiswa Muhammadiyah Malang, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.