Bedah Buku, Penulis Paparkan Tanda-Tanda Keraton Arya Wiraraja di Batuputih

Avatar of PortalMadura.com
Bedah Buku, Penulis Paparkan Tanda-Tanda Keraton Arya Wiraraja di Batuputih
Bedah buku "Dinasti Arya Wiraraja Menuju Puncak Kejayaan Majapahit" berlangsung di Universitas Bahauddin Mudhary (UNIBA) Madura, Kamis (27/10/2022). (@portalmadura.com)

PortalMadura.Com, – Bedah buku “Dinasti Menuju Puncak Kejayaan Majapahit” berlangsung di Universitas Bahauddin Mudhary (UNIBA) Madura, Kamis (27/10/2022).

Sang penulis, Tadjul Arifien R memaparkan tanda-tanda Keraton Arya Wiraraja di Dusun Buras, Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura.

“Batuputih itu, betul-betul tempat , keraton pertama Arya Wiraraja,” terang Tadjul Arifien R.

Tanda-tanda yang ditemukan Tadjul sapaan Tadjul Arifien R, di antaranya puluhan tambiyu (penyebutan warga setempat) berupa batu berlubang besar yang terisi air bila musim penghujan.

Selain itu, petirtaan sebanyak 12 lokasi dan lahan pertanian sangat luas, seperti di Desa Aeng Merah, Kecamatan Batuputih. “Puluhan tambiyu itu tempat minum kuda raja,” katanya.

Petirtaan adalah mata air yang dimanfaatkan oleh raja dan keluarga besarnya. “Itu temuan yang menguatkan dan menunjukkan sebagai lokasi keraton Arya Wiraraja,” ujarnya.

Tanda-tanda yang utama adalah prasasti munamanolong yang hilang. Pertama ditemukan tahun 1975, kurang 2 lempeng. Dan 2021 ditemukan kembali dan diketahui bahwa pemerintahan pertama bukan Arya Wiraraja, tapi Nararya Kulup Kuda pada tahun 1255. Arya Wiraraja berkuasa pada 1269- 1292 Masehi.

Penunjang lainnya, kata dia, bahwa Sumenep kala itu sudah berpenghuni sejak tahun 4.000 SM. Faktanya, di Kangean ditemukan fosil manusia Purba, dan di Sapudi tahun 2.000-an SM sudah ada kehidupan dengan ditemukannya batu kenong (kennong).

Menurut Tadjul, dalam kitab Negarakertagama disejelaskan, bahwa Madura itu awalnya menjadi satu dengan Jawa, namun setelah ada peristiwa prahara sangat besar, maka pecah menjadi sejumlah pulau, termasuk Madura terpisah dengan Jawa.

Pada kesempatan itu, sebagai pembedah, Dr. Afifullah, M.Sc (dosen IAIN Madura), Muhammad Hairil Anwar (Ahli cagar budaya Sumenep), dan Drs. Zainollah Ahmad (Ketua Bhatara Sapta Prabu).

Sementara, Wakil Bupati Sumenep Dewi Khalifah berharap, buku-buku yang sudah ditulis hendaknya terus dikembangkan, termasuk penulisan buku para tokoh lain di masa lalu. “Ini untuk menambah literasi kita semua,” katanya, saat sambutan pada bedah buku.

Eva sapaan Dewi Khalifah mengatakan, penulisan sejarah tidak dalam rangka mencari perbedaan, tapi perbedaan sudut pandang dan temuan itu, hendaknya dijadikan kekayaan dalam sejarah, khususnya di Sumenep.

Menurut dia, perlu terus ada pendalaman tentang tokoh-tokoh Sumenep di masanya. Bahkan, pihaknya mengaku baru tahu tentang Tari Gambu yang diciptakan Arya Wiraraja, adipati pertama Sumenep.

“Saya baru tahu dan baru menonton hari ini, kalau Sumenep itu ternyata punya Tari Gambu. Ini kan perlu terus dikembangkan,” kata Eva.

Pada momentum bedah buku “Dinasti Arya Wiraraja Menuju Puncak Kejayaan Majapahit” tersebut, diawali dengan penampilan Tari Gambu yang merupakan ciptaan Arya Wiraraja Sumenep.

Tari Gambu

(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.