Berat 1,5 Ton, Sumenep Cipta Kujang Raksasa Butuh Waktu Setahun

Avatar of PortalMadura.Com
Berat 1,5 Ton, Sumenep Cipta Kujang Raksasa Butuh Waktu Setahun
Kujang Raksasa (Foto. Istimewa)

PortalMadura.Com, Sumenep – Perajin keris yang tergabung di Paguyuban Perajin Keris Potre Koneng di Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menghasilkan karya yang spektakuler berupa Kujang Raksasa dengan berat 1,5 ton.

Penyelesaian pembuatan kujang berukuran sekitar 11 meter dengan lebar 1 meter dan tebal 5 sentimeter itu membutuhkan waktu lebih dari setahun. Bahkan, untuk mengeluarkan pamornya masih butuh proses kurang lebih enam bulan. Dalam proses pembuatannya juga membutuhkan banyak tenaga.

Pembuat Kujang Raksasa asal Kabupaten Sumenep, Zainal mengaku bangga dapat menghasilkan karya seni yang baru pertama kalinya dibuat. Sehingga butuh ketelitian dan banyak waktu yang dibutuhkan. “Bisa saja, kujang yang kami buat adalah yang terbesar di Indonesia. Dan ini karya pertama kali yang kami buat,” terangnya beberapa waktu lalu.

Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), Fadli Zon, saat ke Sumenep mengapresisasi hasil karya seni tersebut.

Menurutnya, pengembangan pelestarian budaya nusantara sudah menjadi amanat Undang-Undang. Apalagi, keris merupakan pertama yang mendapat pengakuan dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai warisan budaya dunia.

Pihaknya juga telah berbuat, dimana lembaga legislatif telah meloloskan undang-undang tentang kemajuan kebudayaan. “Keris ini bukan senjata tajam. Tapi ini sebagai bagian benda budaya dan bahkan pusaka,” tandas Fadli Zon.

Berat 1,5 Ton, Sumenep Cipta Kujang Raksasa Butuh Waktu Setahun
Fadli Zon saat di STKIP Sumenep (Foto. Istimewa)

MoU

Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan (STKIP) PGRI Sumenep melakukan Memorandum of Understanding (MoU) atau penandatanganan kerjasama pelestarian dan pengembangan budaya perkerisan dengan Ketua Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), Fadil Zon, Minggu (11/2/2018).

Ketua STKIP PGRI Sumenep, Asmoni berjanji akan berperan dalam melestarikan budaya perkerisan, salah satunya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).

“Wujudnya, dapat ditindaklanjuti melalui Prodi Bahasa dan Sastra yang di dalamnya ada mata kuliah Budaya Madura,” katanya.

Dijelaskan, kondisi perguruan tinggi (PT) saat ini, dihadapkan pada kondisi masuknya perguruan tinggi asing, sehingga kekayaan budaya Madura harus dipertahankan. “Salah satunya, seni budaya keris,” pungkasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.