Berdayakan Mpu Keris Aeng Tongtong Melalui Modal Intelektual dan Pasar Digital

Avatar of PortalMadura.Com
Berdayakan Mpu Keris Aeng Tongtong Melalui Modal Intelektual dan Pasar Digital
IST

PortalMadura.Com, – Tim Universitas Wiraraja () berhasil melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Pemberdayaan Pengrajin Melalui Penguatan Modal Intelektual dan Pemasaran Digital di Desa Aeng Tongtong, Kabupaten Sumenep“, Madura, Jawa Timur.

Ketua pelaksana Dr. Mohammad Herli, M.Ak menyebutkan, hal tersebut sebagai upaya berkelanjutan dalam menjaga kearifan lokal dan mendukung pertumbuhan ekonomi mikro yang mencatat prestasi signifikan.

Program itu dilaksanakan berkat adanya dukungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Melibatkan kolaborasi kampus di Jawa Timur, yaitu Unija dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Tim ini terdiri dari 3 (tiga) orang; Dr. Mohammad Herli, M.Ak (Ketua pelaksana), Nur Qoudri Wijaya, S.E., M.M dan Dr. Mar`a Elthaf Ilahiyah, S.E.,M.A (anggota pelaksana).

Menurut Mohammad Herli, kegiatan itu juga melibatkan lebih dari 20 orang mahasiswa guna mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan.

“Kegiatan ini membuktikan bahwa kearifan budaya dan inovasi bisnis dapat bersinergi demi mendorong perkembangan ekonomi yang berkelanjutan,” terang Herli, Sabtu (19/8/2023).

Mengawal Kearifan Lokal Melalui Keris: Tradisi dan Seni Menyatu

Berdayakan Mpu Keris Aeng Tongtong Melalui Modal Intelektual dan Pasar Digital
IST

Mohammad Herli mengemukakan, keris telah melampaui batas waktu dan menjadi bukti hidup tentang bagaimana warisan budaya bisa berlanjut di tengah perubahan zaman. Tak hanya sebagai senjata tradisional, keris adalah simbol identitas, kehormatan, dan pengetahuan leluhur.

Kabupaten Sumenep, dengan segala kekayaan sejarah dan budaya, menjadi lokasi ideal untuk mengembangkan sentra kerajinan keris yang berkualitas. Namun, tantangan tak terhindarkan muncul.

(empu) atau pengrajin keris yang merupakan penerus generasi-generasi sebelumnya menghadapi berbagai perubahan sosial dan ekonomi. Di tengah dunia modern yang terus berkembang, bagaimana keris tetap relevan dan diminati menjadi pertanyaan yang mendasar.

“Inilah urgensi dari kegiatan ‘Pemberdayaan Pengrajin Keris Melalui Penguatan Modal Intelektual dan Pemasaran Digital di Desa Aeng Tongtong Kabupaten Sumenep,” tegas Herli.

Keris merupakan senjata tradisional yang penuh makna dan keindahan, telah mewakili lebih dari sekadar alat perang dalam budaya Indonesia. Di balik rancangan fisiknya yang unik dan ukiran yang rumit, terkandung nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan sejarah panjang.

Sumenep sendiri memegang peran khusus dalam menjaga dan mewariskan tradisi ini. Di tengah arus modernisasi dan pergeseran nilai-nilai, keris tetap menjadi simbol kearifan lokal yang menghubungkan masa lalu dan masa depan.

Tradisi kerajinan keris telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumenep. Dari generasi ke generasi, pengetahuan tentang pembuatan keris dan seni ukirannya dilestarikan secara turun-temurun. Namun, tantangan tidak bisa dihindari.

“Melihat era globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, tradisi ini berada dalam risiko mengalami perubahan yang mungkin merusak esensinya,” ujarnya.

Seni dan Nilai Budaya Menyatu dalam Keris

Berdayakan Mpu Keris Aeng Tongtong Melalui Modal Intelektual dan Pasar Digital
IST

Dalam setiap ukiran dan bilah keris, seni dan nilai budaya Indonesia menyatu dengan harmonis. Keris tidak hanya merupakan objek fisik, tetapi juga representasi dari sistem kepercayaan, kepemimpinan, dan simbol-simbol spiritual.

Menurut Herli, pola dan motif yang rumit pada keris mencerminkan kebijaksanaan leluhur dan mengandung pesan moral yang menginspirasi. Dengan demikian, keris tidak hanya dihasilkan melalui teknik dan keterampilan, tetapi juga melalui pemahaman mendalam tentang filosofi dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Kabupaten Sumenep: Jantung Kreativitas Keris

Kabupaten Sumenep di telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan keris yang berkualitas. Desa-desa di sekitar wilayah ini telah menjadi basis bagi puluhan pengrajin keris yang mengabdikan hidup mereka untuk menghasilkan karya seni yang indah.

“Inilah tempat di mana aliran seni dan budaya terjalin dengan harmonis, menciptakan karya yang tak hanya memiliki nilai estetika tinggi, tetapi juga mengandung sejarah dan makna mendalam,” ungkap Herli.

Namun, menghadapi dinamika zaman yang terus berubah, sentra kerajinan keris ini juga mengalami tantangan. Penurunan minat generasi muda dalam mempelajari seni tradisional, perubahan pola konsumsi masyarakat, serta perubahan nilai budaya masyarakat modern, semuanya memberikan tekanan pada kelangsungan tradisi kerajinan keris.

Meningkatkan Daya Saing Melalui Penguatan Modal Intelektual

Berdayakan Mpu Keris Aeng Tongtong Melalui Modal Intelektual dan Pasar Digital
IST

Inilah latar belakang dari kegiatan “Pemberdayaan Pengrajin Keris Melalui Penguatan Modal Intelektual dan Pemasaran Digital di Desa Aeng Tongtong Kabupaten Sumenep” yang dilakukan oleh Tim dari Universitas Wiraraja.

Kegiatan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai langkah konkret untuk meningkatkan kualitas produksi dan manajemen pengrajin, tetapi juga sebagai usaha untuk menjaga kearifan lokal yang telah menjadi bagian dari identitas Kabupaten Sumenep.

Herli menyampaikan, pemberdayaan pengrajin disini mencakup berbagai aspek penting, mulai dari transfer pengetahuan tentang pentingnya modal struktural dalam hal ini legalitas usaha, hingga pelatihan manajemen bisnis dan keuangan yang membantu pengrajin dalam mengelola usaha mereka dengan lebih efisien dan profesional.

“Hal ini diharapkan tidak hanya meningkatkan aspek manajemen, tetapi juga membantu para pengrajin menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks,” katanya.

Dalam era globalisasi dan transformasi digital, pengrajin keris di Kabupaten Sumenep tidak dapat mengabaikan pentingnya penguatan modal intelektual sebagai kunci untuk meningkatkan daya saing mereka.

Keterampilan tradisional dalam pembuatan keris perlu diimbangi dengan pengetahuan modern tentang manajemen bisnis, teknologi, dan pemasaran.

Maka kegiatan “Pemberdayaan Pengrajin Keris Melalui Penguatan Modal Intelektual dan Pemasaran Digital di Desa Aeng Tongtong Kabupaten Sumenep” yang digalakkan oleh Tim dari Universitas Wiraraja menjadi landasan utama dalam menghadapi tantangan dan peluang di pasar yang semakin kompleks.

Penguatan modal intelektual membawa pengrajin keris ke level baru dalam berbagai aspek. Pertama, pengetahuan tentang manajemen bisnis memberikan pandangan yang lebih luas dan strategis terhadap operasi mereka.

Dengan mengoptimalkan proses produksi, mengelola inventaris, dan merancang strategi pemasaran yang efektif, pengrajin dapat membangun bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Kedua, penguatan modal intelektual juga membawa pengrajin ke arah teknologi modern.

Melalui Pemasaran Digital, Mengenalkan Kearifan Lokal [Keris] ke kancah Dunia

Salah satu elemen penting dalam pemberdayaan pengrajin keris adalah pemasaran digital. Di era di mana teknologi informasi mendominasi, kehadiran online menjadi penting untuk memperluas jangkauan pasar.

Tim dari Universitas Wiraraja membekali para pengrajin dengan pengetahuan tentang pemanfaatan media sosial, platform e-commerce, dan strategi pemasaran digital lainnya.

Dengan pemasaran digital, pengrajin keris dapat lebih mudah mengenalkan karya-karya mereka kepada masyarakat luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Hal Ini juga membuka pintu bagi wisatawan yang tertarik untuk memahami dan memiliki potongan budaya Indonesia yang berharga ini,” terang Herli.

Tidak dapat dipungkiri, teknologi telah membuka pintu baru dalam dunia bisnis, termasuk untuk pengrajin keris di Kabupaten Sumenep.

Dalam era digital ini, pemasaran tidak lagi terbatas pada lingkup lokal, tetapi mencapai dimensi global.

Melalui pelatihan pemasaran digital yang diadakan oleh Tim dari Universitas Wiraraja, Mpu (empu) atau pengrajin keris telah mengalami transformasi luar biasa dalam cara mereka memasarkan produk dan mengenalkan kearifan lokal ke seluruh dunia.

Pemasaran digital membawa pengrajin dari ujung pulau ke kancah global dengan sekejap. Melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan platform e-commerce, pengrajin keris telah mampu menampilkan produk-produk mereka dengan gaya yang menarik dan mengundang minat.

“Mereka dapat mengunggah gambar-gambar produk, cerita di balik proses pembuatan, dan informasi sejarah yang membuat setiap keris menjadi lebih bermakna,” jelas Herli.

Pemasaran digital juga membuka peluang untuk interaksi langsung antara pengrajin dan konsumen. Komentar, pesan, dan ulasan dari pembeli potensial memberikan umpan balik berharga yang dapat membantu pengrajin memahami kebutuhan dan preferensi pasar dengan lebih baik.

“Sekarang saya bisa berbicara langsung dengan pembeli dari berbagai negara. Saya belajar tentang selera mereka dan bisa menyesuaikan desain keris sesuai permintaan,” kata Ibu Ratna, salah satu pengrajin yang telah berhasil memanfaatkan pemasaran digital.

Selain itu, pengrajin juga telah mulai menjelajahi dunia e-commerce, di mana produk mereka dapat dijual dan dikirim ke berbagai penjuru dunia. Dalam beberapa klik, seseorang dari luar negeri dapat memiliki potongan budaya Indonesia yang bernilai tinggi ini, membawa kearifan lokal Kabupaten Sumenep ke rumah-rumah di berbagai negara.

Pesan ke depan: Kearifan Lokal dan Inovasi Global

Berdayakan Mpu Keris Aeng Tongtong Melalui Modal Intelektual dan Pasar Digital
IST

Kegiatan “Pemberdayaan Pengrajin Keris Melalui Penguatan Modal Intelektual” adalah bukti konkret tentang bagaimana kearifan lokal dapat berkembang melalui integrasi dengan inovasi global.

Pengrajin keris di Kabupaten Sumenep telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa mengorbankan akar budaya mereka.

Mereka telah mengambil langkah maju dalam menjaga tradisi dan mengembangkan bisnis dengan solusi modern.

Melalui pendekatan kolaboratif antara lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah, perpaduan antara modal intelektual dan keterampilan tradisional telah mengukir prestasi baru bagi pengrajin keris.

Dalam upaya ini, kata Herli, Universitas Wiraraja telah membuktikan peran pentingnya sebagai penghubung antara pengetahuan akademis dan praktik industri, menghasilkan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat.

“Penguatan modal intelektual bukan hanya tentang meningkatkan daya saing pengrajin Mpu (empu) keris, tetapi juga tentang menjaga keberlanjutan warisan budaya yang berharga,” tandas Herli.

Kabupaten Sumenep telah menunjukkan kepada dunia bagaimana seni tradisional dapat menggandeng tangan dengan pengetahuan modern, menciptakan karya seni yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi yang berkelanjutan.

“Dengan semangat ini, masa depan keris di Kabupaten Sumenep bersinar terang sebagai simbol kearifan lokal yang terus hidup dalam arus zaman,” pungkasnya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.