Chandra Kirana, Guru Biologi Yang Kini Menekuni Dunia Batik Tulis Pamekasan

Avatar of PortalMadura.com
Chandra Kirana, Guru Biologi Yang Kini Menekuni Dunia Batik Tulis Pamekasan
Proses membatik (Foto. Hasibuddin)

PortalMadura.Com, – Karya seni berupa membantik menjadi hal yang istimewa bagi (52), guru mata pelajaran (mapel) biologi di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Pamekasan, Madura, Jatim.

Disela-sela kesibukannya sebagai guru, Chandra selalu menggelorakan semangat mencintai batik kepada para siswanya serta masyarakat umum. Ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa pengrajin batik untuk belajar dunia batik tulis.

“Gak tahu juga ya, rasanya kok tiba-tiba saya mulai kepincut terhadap dunia batik,” kata Chandra, Kamis (21/2/2019).

Kecintaannya terhadap batik bermula sejak tahun 2007. Ketika itu, Pemkab Pamekasan menggelar karnaval penampilan prosesi batik. Ia pun mulai tertarik untuk mempelajari batik tulis.

“Disitulah awal ketertarikan saya pada batik,” ucapnya.

Dua tahun kemudian, Pemkab Pamekasan dicanangkan sebagai kabupaten batik. Ia menyarankan sekolahnya agar menggunakan muatan lokal (mulok) batik.

Semua siswa kelas X diwajibkan untuk menekuni batik tulis. Sedangkan kelas XI, dan Kelas XII, diwajibkan untuk mendalami desain dan keterampilan menjahit.

Rupanya, inisiasinya berbuah manis. Beberapa alumni tempat ia mengajar, kini menjadi pengrajin batik lokal di Pamekasan.

“Tentunya bangga dong, punya siswa yang juga pandai membatik,” katanya penuh semangat.

Semangat perempuan yang tinggal di Jalan Agus Salim, Gang V, Nomor 53 ini berlanjut sejak bergabung dengan Komunitas Batik Jawa Timur (Kibas) pada tahun 2011.

Banyak ilmu yang didapatnya dari Kibas, mulai dari motif khas Jatim hingga Jateng. Bahkan ia sengaja mengumpulkan beberapa referensi buku tentang batik.

“Semacam ada bisikan nurani agar saya selalu bergelut dengan batik,” ujarnya.

Perjuangan perempuan yang masih tercatat sebagai salah satu penyiar radio lokal di Pamekasan, berbuah hasil. Empat tahun kemudian, ia meraih juara harapan lomba batik tulis tingkat guru se-Jatim.

Bahkan, setahun kemudian motif Lopoloh miliknya justru diakui sebagai Hak Paten di Hak Kekayaan Intelektual (Haki) oleh Dirjen Haki Indonesia.

“Perjuangannya berat, tetapi yang terpenting bagi saya adalah bagaimana muda-mudi utamanya siswa saya bisa lebih peduli pada batik,” ucapnya.

Disinggung soal kedatangan istri menteri Koperasi UMKM, Bintang Puspayoga ke Dusun Podhek Desa Rangperang Daya Kecamatan Proppo, Kamis 14 Februari lalu, Chandra hanya berharap agar bisa mendunia.

“Tentunya sih bersyukur, siapa tahu bisa jadi jalan agar batik kita bisa dibaca dunia internasional,” katanya.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.