China Masih Jadi Tujuan Ekspor Terbesar

Avatar of PortalMadura.com
China masih jadi tujuan ekspor terbesar
ILUSTRASI. Seorang perkerja memonitor aktivitas bongkat muat di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta pada 20 Oktober 2017. ( Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency )

PortalMadura.Com, – Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (), masih menjadi Negara tujuan utama Indonesi sepanjang Januari hingga Maret 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan dalam tiga bulan pertama Tahun ini, nilai ekspor Indonesia mencapai USD40,51 miliar dan ekspor ke China berkontribusi sebesar 14,12 persen dengan nilai USD5,24 miliar.

“Ekspor ke China yang terbesar adalah bahan bakar mineral, besi dan baja, minyak dan lemak nabati,” jelas dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Nilai ekspor ke China pada tiga bulan pertama Tahun ini lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama Tahun lalu dengan nilai USD6,34 miliar.

Suhariyanto menambahkan kedua adalah Amerika Serikat dengan kontribusi sebesar 11,23 persen atau senilai USD4,16 miliar dalam tiga bulan pertama Tahun ini.

Komoditas utama ekspor ke Amerika Serikat antara lain barang rajutan, pakaian jadi bukan rajutan, dan alas kaki.

Nilai ekspor ke Amerika Serikat pada tiga bulan pertama Tahun ini lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama Tahun lalu dengan nilai USD4,42 miliar.

Selanjutnya, Jepang menjadi Negara tujuan ekspor terbesar ketiga dengan kontribusi 9,18 persen yang senilai USD3,4 miliar.

“Ekspor utama ke Jepang adalah bahan bakar mineral, mesin dan peralatan listrik, serta karet dan barang-barang dari karet,” imbuh Suhariyanto. dilaporkan Anadolu Agency, Senin (15/4/2019).

Nilai ekspor ke Jepang pada tiga bulan pertama Tahun ini lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama Tahun lalu dengan nilai USD4,08 miliar.

“Pangsa pasar tiga Negara tujuan ekspor utama mencapai 34,53 persen untuk periode Januari-Maret Tahun ini,” ungkap Suhariyanto.

Dia mengatakan komposisi Negara tujuan ekspor utama ini akan sulit untuk berubah. Untuk itu, Pemerintah harus memerhatikan ekspor ke Negara tujuan utama tersebut karena kondisi perekonomian global pada 2019 tidak terlalu bagus.

Suhariyanto menambahkan nilai ekspor Indonesia dalam tiga bulan pertama Tahun ini senilai USD40,51 miliar lebih rendah 8,5 persen dari periode yang sama Tahun lalu dengan nilai USD44,27 miliar.

“Ini jadi perhatian karena ekonomi melambat serta harga komoditas fluktuatif terutama pada karet, kelapa sawit, dan batu bara,” imbuh dia.

Menurut dia, fluktuatif tersebut terlihat pada menurunnya harga bahan bakar mineral (batu bara) perioe Januari-Maret Tahun ini sebesar 9,26 persen menjadi USD5,6 miliar.

“Sebetulnya ekspor batu bara volumenya naik 10,3 persen, tapi karena harganya turun 2,72 persen, jadi nilai ekspornya turun,” jelas Suhariyanto.

Kemudian, BPS juga mengatakan terjadi penurunan nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 16,32 persen menjadi USD4,3 miliar.

Menurut Suhariyanto, penurunan ini karena anjloknya harga kelapa sawit meskipun volume ekspornya naik 10,34 persen.

Dia menambahkan pada komoditas karet dan barang dari karet terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 14,78 persen menjadi USD1,4 miliar.

Penurunan ini akibat anjloknya harga karet Tahunan sebesar 2,27 persen dan juga menurunnya volume ekspor karet sehingga nilai ekspornya juga turun.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.