Wisata  

Dampak Virus Corona, Pariwisata Bali Lesu

Avatar of PortalMadura.com
Dampak Virus Corona, Pariwisata Bali Lesu
(Ist)

PortalMadura.Com – Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) yang mewabah secara global telah berdampak pada sektor pariwisata di Bali.

Kunjungan wisatawan di pulau dewata itu turun drastis, bervariasi mulai 20 persen hingga 50 persen, seperti dituturkan beberapa pelaku usaha pariwisata. Melansir dari Anadolu Agency.

Rahmat Hidayat (40), mengatakan sepinya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali telah berdampak pada pendapatannya.

Rahmat merupakan seorang pemandu tur dari salah satu agen perjalanan yang berbasis di Kota Denpasar. Dia, seperti orang Bali pada umumnya, menggantungkan hidup pada industri pariwisata.

Biasanya, Rahmat melayani hingga delapan paket perjalanan per bulan dengan durasi masing-masing tiga hari, namun sepanjang Februari lalu dia hanya melayani tiga paket tur.

Pelanggannya didominasi oleh wisatawan mancanegara di antaranya asal China, Arab Saudi, dan Singapura.

Dampak penyebaran virus ini begitu dia rasakan terutama setelah penerbangan dari dan menuju China serta Arab Saudi ditutup. Beberapa pesanan paket tur bahkan dibatalkan oleh wisatawan.

“Pendapatan saya turun hampir 50 persen, biasanya bisa sampai 20 juta rupiah per bulan tapi sekarang mencapai 10 juta rupiah saja susah sekali,” katanya.

Belakangan Rahmat lebih sering menjaga warung makan miliknya ketimbang mengantarkan wisatawan berkeliling Pulau Dewata.

Di tengah situasi ini, Rahmat dan rekan-rekannya yang bekerja di sektor pariwisata tetap mempromosikan Bali melalui media sosial.

“Kami ingin tunjukkan bahwa Bali aman,” tutur Rahmat.

“Di setiap kendaraan sekarang kami siapkan pembersih tangan, tisu basah. Inisiatif semua. Tamu mau naik mobil kita semprot dulu,” lanjut dia.

Sepinya wisatawan juga memengaruhi bisnis hotel di Bali.

General Manager Furama Hotels International, Wayan Sumandia mengatakan hunian rata-rata hotel di Bali turun ke kisaran 20 persen hingga 50 persen.

Namun ada beberapa hotel atau villa yang jumlah huniannya masih stabil di angka 40-70 persen karena pangsa pasar mereka berbeda.

Beberapa hotel yang mengandalkan pangsa pasar wisatawan China mulai menyarankan karyawan untuk mengambil cuti dan menerapkan hari libur dua hari per minggu.

“Dengan demikian manajemen hotel bisa terbantu menghemat biaya untuk karyawan,” tutur Wayan.

Pada Senin, pemerintah memutuskan menambah empat hari cuti bersama pada tahun ini untuk memberi kesempatan masyarakat berwisata.

Wayan mengatakan penambahan cuti bersama diharapkan bisa sedikit mengobati lesunya pariwisata di Bali, meski tidak akan bisa menutupi kerugian akibat minimnya wisatawan mancanegara.

“Paling tidak jika nantinya wisatawan domestik meningkat kunjungannya ke Bali akan sangat membantu pergerakan ekonomi Bali khususnya bagi hotel-hotel yang selama ini punya based market di domestik,” jelas dia.

Genjot promosi setelah situasi mereda

Kepala Dinas Putu Astawa mengatakan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara menurun dari 539 ribu pada Januari menjadi 390 ribu pada Februari 2020.

“Dari data itu yang paling berdampak adalah wisatawan China karena penerbangan ditutup,” kata Putu melalui sambungan telepon.

Pada 2019 lalu, Bali kedatangan 6,3 juta wisatawan dimana 18 persennya berasal dari Bali. Rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok berkisar USD100 per hari.

Menurut dia, keluhan dari pelaku wisata telah muncul karena beberapa memiliki pasar yang bergantung 100 persen pada wisatawan China.

Mereka tadinya berharap kunjungan wisatawan asal China akan meningkat pada Februari saat masa liburan Imlek.

“Terutama yang di destinasi Tanjung Benoa, Nusa Penida dan Kintamani karena mereka (wisatawan China) suka ke situ,” ujar Putu.

Namun wabah Covid-19 membuat omset bisnis mereka menurun, sementara di sisi lain promosi wisata dirasa tidak tepat dilakukan setelah pemerintah pusat mengumumkan ada kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Padahal sebelumnya pemerintah telah menyiapkan insentif pariwisata berupa diskon tiket pesawat dan hotel untuk 10 destinasi di Indonesia, salah satunya Bali.

“Jadi kita fase untuk menyelamatkan warga dulu, ketimbangan mendatangkan wisatawan. Ini tahap waspada,” ujar dia.

Putu berharap efek yang ditimbulkan oleh wabah Covid-19 ini akan segera mereda agar perekonomian Bali kembali normal.

“Setelah itu, Bali akan genjot promosi lagi,” tutur dia.

Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menjelaskan bahwa stimulus kebijakan untuk meredam dampak virus korona perlu dikoreksi, khususnya pada stimulus pariwisata.

“Niatnya baik tapi timing tidak pas karena penurunan jumlah wisatawan tidak bisa dielakkan,” ujar Piter.

Menurut dia, walaupun pemerintah memberikan insentif berupa potongan harga tiket penerbangan agar orang mau berwisata di tengah ancamana virus korona, tidak akan berguna karena hasrat masyarakat untuk berwisata sedang rendah karena khawatir dengan virus korona.

Dia menilai stimulus pariwisata semestinya diberikan ketika penyebaran Covid-19 telah mereda, ketika masyarakat kembali berminat untuk berwisata.

“Jangan melawan arus dengan menyuruh orang traveling pada saat orang tidak mau pergi. Itu bahaya,” kata Piter.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.