PortalMadura.Com, Sumenep – Gelombang demo mahasiswa ke Kantor DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur, berlangsung hari ini, Kamis, 26 September 2019 sejak pukul 08.45 WIB.
Tuntutan mahasiswa hampir sama, yakni menolak beberapa rancangan Undang-undang atau RUU yang mengundang kontroversial. Seperti, UU KPK yang baru disahkan, RKUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, dan RUU Pemasyarakatan.
Ada delapan fakta unik saat aksi penolakan berbagai RUU dilakukan oleh mahasiswa dan siswa di Kabupaten Sumenep.
Pertama, Aksi Terbesar
Aksi mahasiswa yang melibatkan dari berbagai perguruan tinggi dan universitas di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, ini merupakan aksi terbesar selama tahun 2019.
Akses jalan dua arah di jantung Kota Sumenep, terpaksa ditutup total, yakni Jalan Trunojoyo atau depan Kantor DPRD Sumenep, baik dari arah Selatan maupun dari arah Utara.
Kedua, Tiga Gelombang Aksi Mahasiswa
Aksi mahasiswa terbagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama dari aktivis IMM Sumenep menyatu dengan aktivis HMI yang lebih awal berorasi di depan gedung DPRD Sumenep. Tonton live aksi.
Mereka ditemui Ketua DPRD Sumenep, Hamid Ali Munir, bersama beberapa anggotanya. Perwakilan mereka juga melakukan penandatanganan di dalam gedung DPRD Sumenep atas tuntutannya untuk diteruskan ke DPR RI.
Lalu, menyusul gelombang aksi kedua yang mengatasnamakan Aliansi Rakyat Bergerak bersama mahasiswa.
Satu di antara peserta aksi, tubuhnya berlumuran tanah liat berwarna cokelat. Tonton live aksi.
Kemudian, gelombang aksi ketiga bergerak dari arah selatan.
Jumlah massa jauh lebih besar. Mereka mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Sumenep. Mayoritas menggunakan almamater kampus warna kuning yakni dari Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep.
Koordinator aksi, Anas Syafii mengoreksi pasal per pasal UU KPK yang mengandung unsur pelemahan terhadap lembaga antirasuah dan RUU kontroversial lainnya. Tonton live aksi
Ketiga, Siswa SMA dan Kejuruan Ikut Turun Jalan
Siswa dari sekolah menengah atas dan kejuruan di Kabupaten Sumenep ikut turun jalan. Sebagian di antara mereka masih mengenakan seragam sekolah.
Mereka datang dari arah Selatan. Mereka sangat agresif sambil membawa berbagai macam poster dengan bertuliskan, “Indonesia indah, damai bila oknumnya mati kabeh”, “DPR lebih keras dari oplosan”.
Selain itu, “kami rindu bokep”, dan “turunkan harga komix pak Jokowi”, “Crot 12 menit penjara 12 tahun”, yel-yelnya dari adik-adik siswa ini “DPR sakit jiwa… DPR sakit jiwa… DPR sakit jiwa…”.
“Kami aksi demi Indonesia maju. Pikirkan rakyat kecil,” kata salah seorang siswa, Inong. Tonton live aksi
Keempat, Aksi Jomblo
Aksi jomblo juga terjadi di depan gedung DPRD Sumenep. Seorang pemuda dengan mulut tertutup memajang tulisan sambil duduk di tengah kerumunan peserta aksi lainnya.
Tulisan pada kertas karton putih itu, “Demonya sendirian karena bukan mahasiswa atau komunitas manapun. Hanya seorang Jomblo yang cari keadilan”.
“Mohon dipertimbangkan sebelum mengesahkan KUHP karena mertua juga mempertimbangkan sebelum mengesahkan menantunya”.
“Kami rela panas2an demi kepentingan rakyat karena gak ada apa2nya dari pada panasnya ‘ngeliat dia jalan sama yang lain”.
Kelima, Polwan Cantik Barisan Paling Depan
Polisi Wanita (Polwan) Polres Sumenep ikut melakukan pengamanan aksi mahasiswa.
Mereka berada di barisan paling depan. Tidak dilengkapi dengan pentungan atau tameng polisi pada umumnya saat menghadapi demo.
Sedangkan pasukan pakai tameng dan dua polisi memegang senjata gas air mata berada di halaman gedung DPRD Sumenep. Mereka tidak bersentuhan dengan peserta aksi.
Keenam, Aspirasi Disampaikan dengan Unik dan Menggelitik
“Keputusanmu sama seperti mantanku mengecewakan”
“Gara-gara kalian DPR aku tengkar sama pacarku #galau”
“Malam pertamaku terhalang oleh RUU, gagal dechh punya keturunan” #aliansi mahasiswa Sumenep
“Cukup tolak RKUHP, tapi jangan tolak cinta saya”
“Selangkangan bukan urusan pemerintah” #aliansi mahasiswa Sumenep
“RUU disahkan! Aku ra’ iso kelonan” #DPR Jahat
“Dari pada pilih DPR, lebih baik pilih janda”
Ketujuh, Kapolres Sumenep Turun Tangan dan Pimpin Pembacaan Alquran
Kapolres Sumenep, AKBP Muslimin, turun langsung dan menemui peserta aksi. Negosiasi dengan peserta aksi sempat alot di depan pintu masuk kantor DPRD Sumenep.
Setelah memastikan mahasiswa tidak akan melakukan aksi anarkis, peserta aksi dari Aliansi Mahasiswa Sumenep diperkenankan masuk halaman kantor dewan.
Bahkan, kapolres meminta kerelaan mahasiswa untuk membaca Alquran Surat Ar Rahman. Kapolres bertindak memimpin pembacaan Surat Ar Rahman.
Sebelumnya, mahasiswa juga membacakan Surat Yasin dan doa untuk anggota DPRD Sumenep agar mendapat hidayah.
Kedelapan, Ketua DPRD Tanda Tangani Kesepakatan dengan mahasiswa
Ketua DPRD Kabupaten Sumenep, Hamid Ali Munir, bersama sejumlah anggotanya mengapresiasi aksi mahasiswa Sumenep dari berbagai elemen tersebut.
Bahkan, politisi PKB ini juga sempat menemui pengunjuk rasa yang datang silih berganti.
Ia pun tidak keberatan untuk menandatangani tuntutan HMI dan IMM serta berjanji akan menyampaikan kepada DPR RI.(*)