PortalMadura.Com, Sumenep – Dewan juri mencium aroma busuk plagiarisme pada lomba logo Hari Jadi (Harjad) ke-754 Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Sekretaris Dewan Juri, Ibnu Hajar mengatakan, hasil kesepakatan para juri, disepakati bahwa sayembara diperpanjang hingga tanggal 4 Desember 2022.
“Jadi, kami perpanjang untuk mendapatkan karya terbaik,” tegas Ibnu Hajar, Rabu (30/11/2022).
Ia menjelaskan, sayembara logo Hari Jadi ke-754 Sumenep untuk tahun 2023 telah memasuki penilaian dewan juri. Semua naskah design [desain] yang masuk ke meja panitia langsung diblejeti satu persatu.
Para dewan juri itu langsung ‘mensortir' satu per satu karya para peserta yang berjumlah 120 design.
Sayangnya, kata Ibnu, dari jumlah karya cukup banyak itu, tidak ada satu pun yang memenuhi kriteria standar dewan juri yang berjumlah lima orang.
Saat penilaian terhadap naskah design logo berlangsung sangat alot. Hal itu karena terjadi perdebatan terkait estetika, filosofi dan kesejarahan, sehingga tak salah saat penilaian sempat terjadi deadlock, karena belum ada titik temu.
Pada akhirnya, ke lima dewan juri menyepakati jika semua karya yang di kirim tidak memenuhi standar kategori di atas 50 persen. Maka, diputuskan untuk kembali dibuka pendaftaran design logo Harjad ke-754 itu.
Menurut dia, dari ratusan naskah yang masuk tersbeut belum ada yang memenuhi standar kategori. Salah satunya, berkaitan dengan estetika, filosofi dan kesejarahan. “Belum masuk standar semua,” katanya.
Selain itu, sambung pria yang juga budayawan itu, naskah yang dikirim tingkat plagiasinya masih terbilang tinggi. Jadi, belum bisa dikatakan sebagai karya orisinil. “Kalau plagiatnya tinggi sudah tidak kualified,” pungkasnya.(*)
Salam, apakah disini menggunakan kata busuk tidak kontroversi? Seandainya kami desainer profesional yang juga termasuk peserta gimana responnya? Apakah kata busuk plagiarisme sesuai dg keterangan profil Juri? Lalu kenapa Portal Madura tidak menganggap Beraroma Busuk terhadap logo Harjad Sumenep 753 kemaren yang juga di duga plagiat?
Tugas paling gampang adalah, mengoreksi 😅
Padahal sudah pakai materai 10.000 loh, gunanya ada surat keorisinilan itu apa terus
Sayang, dalam mengomentari karya yang masuk, pilihan kalimatnya tak elok, tak estetis dan etis, tidak menunjukkan penghargaan atas karya peserta. Padahal unsur ‘kebetulan mirip’ dalam sebuah karya itu lumrah. Belum tentu plagiat.