Dinilai Tidak Etis, Seni Tayup Madura Hot di Sosmed

Avatar of PortalMadura.Com
Budaya Madura
foto Ist Ramayana Eo

PortalMadura.Com, Sumenep – Seni tayup yang eksis digelar dalam setiap acara hajatan di tengah kehidupan masyarakat Madura dinilai mengalami pergeseran serius dan sudah tidak etis.

“Seni tayup jaman sekarang sudah gak etis lagi,” kata pemilik akun facebook Ramayana Eo dalam statusnya.

Ia yang mengunggah foto seni tayup terdapat seorang perempuan sinden yang diapit dua orang pria sambil memegang uang. Dan disampingnya juga ada dua orang perempuan yang dikerumuni banyak pria.

Foto tersebut mendapat banyak komentar dari pengguna facebook lain ; “Haruskah budaya yg tak bermoral akan kita wariskan kepada anak cucu kita yg tak berdosa??? trus dimana letak implementasi dari sosok tokoh agama dan pmerintah terkait,” tulis pemilik akun #Abank Choelieq.

Pemilik akun lain #Suhdiema Ramayana ikut memberi komentar, “Cuma demi uang rela mengorbankn drix untuk orang lain subhanallah dunia sudah hancur????,”

Pemilik akun #Isti Ramayana menulis “hancur hancur,,,”

Sementara, budayawan muda Sumenep, Ibnu Hajar menyayangkan terjadinya distorsi seni dan budaya Madura yang sudah perlu penanganan serius dari semua pihak.

“Untuk mengatasi, tidak cukup seorang budayawan atau seniman untuk menjaga gawang, tetapi harus ada kebijakan politik dari pemerintah. Semisal peraturan bupati,” tegas Ibnu sapaan akrab Ibnu Hajar.

Distorsi seni dan budaya, kata dia, tidak hanya terjadi pada seni tayup melainkan pada kesenian dan budaya lain yang dimiliki warga Madura.

“Ketika seni dan budaya lari kepinggiran yang notabene masyarakatnya berpendidikan rendah dan pengetahuan agamanya terbatas, maka ruang untuk impromisasi seringkali dilakukan diluar batas kewajaran,” terangnya.

Seni dan budaya, kata dia, pasti terjadi perkembangan melalui kreasi-kreasi baru. Namun, bukan berarti melakukan pengrusakan pada tatanan kebudayaan dan seni itu sendiri.

“Mereka sebenarnya butuh pengakuan dilingkungannya, karena pada umumnya mendapat legalitas dari aparat setempat, sehingga ruang untuk impromisasi itu dilakukan seperti itu,” tandasnya.

Disisi lain, dengan banyaknya saweran (memberikan uang pada sinden), akan berdampak negatif pada lingkungan sekitar. “Uang saweran itu dari mana?. Bisa saja akan berdampak pada tindakan kriminalitas yang tidak diinginkan bersama,” katanya.

Oleh karenanya, butuh duduk bersama, baik pelaku seni dan budaya, tokoh masyarakat serta pemerintah. “Buatlah, minimal peraturan bupati. Tidak harus perda. Karena kebijakan politik itu akan membuat kekuatan dalam usaha meminimalisir tindakan distorsi terhadap seni dan budaya,” urainya.

Ia mencontohkan, kerapan sapi yang dinilai menyakiti dan melukai, maka lahirlah surat edaran dari gubernur. “Aturan main seperti ini yang sangat dibutuhkan saat ini. Maka, sudah waktunya pemerintah mengeluarkan surat edaran,” pungkasnya.(htn)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.