Ir termasuk seniman yang akan terus mengingat sejarah perjalanan hidup. Dengan kata lain dibalik apa yang telah ia raih pastilah ada orang-orang yang dianggapnya berjasa dan tak mungkin dilupakan begitu saja. Sampai kapanpun ia akan mengingatnya. Baginya, impian atau cita-cita yang kini telah tercapai bukan menjadi kebanggaan pribadi.
“Saya tak akan lupa menyebut satu per satu orang yang berjasa jika harus menceritakan perjalanan hidup. Ibu adalah orang pertama yang saya sebut, kemudian ayah, lalu guru dan terakhir dosen saya di ISI,” ungkapnya.
Terlecut Pujian Sang Ayah
Bakat melukis Ir mulai terlihat ketika sang ayah secara tidak sengaja melihat dirinya membuat gambar seorang wanita yang terdapat di kemasan body lotion. Sang ayah yang tanpa ia sadari melihat dari belakang, seketika mengapresiasi dengan kalimat pujian. “Ternyata kamu punya bakat gambar juga. Bagus…teruskan sampai selesai,” kenang Ir menirukan kalimat pujian sang ayah.
Pujian itulah yang memantik semangatnya untuk terus mencoba. Obyek gambar tak lagi terbatas pada orang. Semua yang ia lihat dan mengundang keinginannya untuk menggambar langsung ia tuangkan lewat media pensil dan selembar kertas putih.
Perlahan jemarinya mulai lincah membuat dan menggabungkan garis, membentuk gambar sesuai obyek yang dilihat, serta memberi warna pada gambar yang selesai dikerjakan. Saat daya imajinasinya mulai terbangun, ia pun menggambar tanpa melihat obyek.
Modal dasar …