Fitch: Sengketa Perdagangan AS, Tiongkok Memburuk

Avatar of PortalMadura.Com
Fitch: Sengketa Perdagangan AS, Tiongkok Memburuk
Ilustrasi (Foto File - Anadolu Agency)

PortalMadura.Com, New York – Sengketa perdagangan yang sedang berlangsung dan meningkat antara AS dan Tiongkok akan semakin memburuk, seorang pejabat dari lembaga pemeringkat global Fitch Ratings mengatakan Kamis.

“Ada banyak alasan untuk percaya bahwa perselisihan dagang AS dengan Tiongkok akan memburuk bukannya membaik,” kata James McCormack, kepala sekaligus direktur pelaksana Kelompok Supranasional dan Berdaulat di Fitch Ratings.

“Dan… defisit perdagangan AS akan lebih jauh melebar daripada menyusut,” katanya dalam artikel yang ditulis untuk organisasi media internasional, Project Syndicate, yang dipublikasikan di situs webnya. dilaporkan Anadolu Agency, Jumat (10/8/2018).

Bulan lalu, AS memberlakukan tarif 25% pada barang-barang Tiongkok senilai USD34 miliar dan mengatakan pada hari Selasa bahwa tambahan USD16 miliar akan berlaku pada 23 Agustus.

Beijing mengumumkan Jumat lalu bahwa pihaknya berencana memberlakukan tarif hingga 25% pada USD60 miliar barang AS dan mengatakan Rabu juga akan menanggapi Washington dengan tambahan USD16 miliar sebagai tarif pembalasan.

Sekarang Tiongkok telah meratakan lapangan permainan dengan balas dendam yang menimbulkan peningkatan pada sengketa ini, kemungkinan eskalasi ini sendiri sebenarnya telah ditingkatkan oleh ancaman tambahan tarif pada semua barang impor Tiongkok oleh pemerintahan Trump.

Presiden Donald Trump mengatakan kepada CNBC bulan lalu, dia siap untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar USD500 miliar pada barang-barang Tiongkok jika Beijing membalas.

AS mengimpor barang-barang Tiongkok senilai USD505 miliar pada tahun 2017 sementara Tiongkok mengimpor USD130 miliar produk Amerika, membuat Washington mengalami defisit perdagangan sebesar USD375 miliar dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

McCormack juga mengatakan neraca perdagangan AS akan “hampir pasti memburuk di masa mendatang” dengan adanya penguatan dolar AS dan kebijakan fiskal ekspansif.

“Dengan meningkatnya suku bunga seiring pertumbuhan yang kuat, dolar cenderung melayang lebih tinggi, menambah hambatan yang dihadapi ekspor AS.” (AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.