PortalMadura.Com, Sumenep – Harga pupuk bersubsidi di Sumenep, Madura, Jawa Timur tembus Rp 138 ribu per sak. Sesuai harga eceran tertinggi (HET) seharga Rp 90 ribu per sak.
“Ditingkat pengecer, harga pupuk paling mahal itu jenis urea mencapai Rp 138 ribu. Kalau pupuk jenis phonska Rp 130 ribu per sak,” terang Hosniyah (35), salah satu petani asal Desa Ketawang Karay, Kecamatan Ganding, Sabtu (27/12/14).
Menurut Hosniyah, selain harganya tinggi, pupuk bersubsidi jenis urea juga sulit didapatkan. Petani harus memesan terlebih dahulu untuk mendapatkannya.
“Yang paling langka pupuk jenis urea, harus pesan dulu, atau beli lewat jalur belakang,” tuturnya.
Sementara itu, ketua Peguyuban Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep, Zaenuri, menyesalkan terjadinya kelangkaan dan melambungnya harga pupuk bersubsidi. Kenaikan harga itu sudah berlangsung sejak bulan September.
“Di bulan September harganya masih Rp 110 per sak. Terus naik sampai mencapai Rp 138 per sak,” urainya.
Kondisi itu murni kesalahan Pemerintah. Sebab, pengajuan pupuk bersubsidi dari kelompok tani (poktan) tidak semuanya dipenuhi.
“Kelompok tani mengajukan 15 ton. Tapi realisasinya kurang dari itu,” imbuhnya.
Ditempat terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Sumenep, Bambang Heriyanto menerangkan, tidak seimbangnya kebutuhan pupuk dan jatah pupuk yang diberikan Pemerintah disebabkan kurangnya jatah yang diberikan pemerintah pusat.
“Kami meminta pada petani untuk beralih pada pupuk organik, karena jatah dari pemerintah pusat tidak sesuai dengan usulan kami,” tegasnya. (arif/htn)