Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak

Avatar of PortalMadura.com
Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak
Kelompok Studi Operasi Pengurangan Plastik (OPTIK) (Istimewa for @portalmadura.com)

PortalMadura.Com, Selat Madura merupakan kawasan produktif dengan hasil tangkapan ikan tertinggi di Jawa Timur. Namun, kondisi saat ini mulai terancam dengan ditemukannya dari hasil penelitian mahasiswa yang dilakukan pada Januari 2021.

“Dalam 100 liter air laut terdapat 15-50 partikel mikroplastik. Sedangkan dalam 40 gram sedimen ditemukan 8-101 partikel mikroplastik,” kata mahasiswi Bangkalan, Dwi Syadina Putri, Senin (8/2/2021).

Dwi Syadina Putri merupakan koordinator komunitas pada Kelompok Studi Operasi Pengurangan Plastik (OPTIK) mahasiswa semester V Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Ia melakukan penelitian bersama lima mahasiswa.

Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak
Proses pengambilan sample air (Istimewa for @portalmadura.com)

Penelitian itu dilakukan di pesisir Lamongan, pesisir Gresik dan pesisir Kamal, Madura. Mereka menggunakan metode kering yaitu dengan cara mengambil sampel air 100 liter dan disaring dengan saringan mesh ukuran T165.

Pada metode pengambilan data sedimen basah diperlukan minimal 100 gram untuk mendapatkan sedimen kering 40 gram. Pengeringan sampel sedimen basah dilakukan menggunakan oven dengan suhu 100°C hingga kering.

Pada proses analisis mikroplastik yang pertama dilakukan penambahan larutan campuran H2SO4 dan H2O2 30% dengan perbandingan 3:1. Selanjutnya, sampel diinkubasi selama 24 jam lalu sampel di steam bath selama 2 jam.

Setelah proses steam bath sampel disaring menggunakan saringan mesh ukuran T165 dan hasil saringan tersebut dibilas menggunakan NaCl jenuh hingga larut.

Sampel yang dirasa terlalu keruh dapat di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, dan diidentifikasi dengan mikroskop yang dihubungkan dengan kamera DX230 dan skala 1:40.

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak

 

Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kelimpahan mikroplastik tertinggi pada air maupun sedimen adalah pada daerah Kamal-Bangkalan Madura.

“Mikroplastik yang ditemukan pada sampel air di daerah dengan menggunakan 3 pengulangan memiliki kandungan mikroplastik mencapai 50 partikel yang didominasi oleh jenis fiber,” terangnya.

Rata-rata 101 partikel dengan mikroplastik fragmen yang mendominasi. Daerah Kamal, Bangkalan, Madura memiliki tingkat kelimpahan mikroplastik yang tinggi karena timbulan sampah di sepanjang pesisir Kamal.

Menurut dia, timbulan sampah berasal dari masyarakat sekitar dan buangan limbah industri maupun sampah yang hanyut oleh air laut dan terdampar di pesisir Kamal, Bangkalan.

Kelimpahan mikroplastik terendah pada daerah penelitian adalah pada daerah Socah – Bangkalan, Madura.

“Mikroplastik yang ditemukan pada sampel air di daerah dengan menggunakan tiga pengulangan memiliki kandungan mikroplastik mencapai 15 partikel yang didominasi oleh jenis fiber,” terangnya.

Mikroplastik sedimen diuji dengan tiga kali pengulangan dan mendapatkan jumlah rata-rata delapan partikel dengan mikroplastik jenis fragmen yang mendominasi.

Perbandingan kelimpahan tertinggi dan terendah pada lokasi penelitian dapat dilihat secara fisik air. Daerah Kamal memiliki fisik air yang berwarna keruh dengan banyak pencemaran.

Sedangkan tingkat kekeruhan di wilayah Cocah lebih rendah di bawahnya. Wilayah Socah menjadi lokasi penelitian dengan jumlah mikroplastik terendah juga dapat dikarenakan daerah tersebut tidak bersinggungan langsung dengan daerah pemukiman atau industri daerah Surabaya dan Gresik seperti daerah Kamal.

“Daerah pengambilan sampel pada lokasi Socah juga berdekatan dengan Kawasan Mangrove, sehingga sangat memungkinkan tingkat mikroplastik daerah tersebut rendah karena mikroplastik akan tersangkut oleh akar-akar mangrove,” ujarnya.

Mikroplastik Berbahaya

Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak
Kandungan Mikroplastik dalam Air di Selat Madura-2021

Mikroplastik disebut akan menurunkan pertumbuhan ikan dan pada perairan sangat berbahaya bagi biota laut. Secara fisik mikroplastik merupakan benda mikro berukuran 10 mikron hingga 5000 mikron yang bergerak melayang-layang di kolom perairan dan terkadang mengendap pada dasar.

Dwi Syadina Putri menjelaskan, tampilan fisik mikroplastik dapat mengecoh ikan. Ikan akan menganggap mikroplastik adalah plankton (makanannya) dan ikan akan memakan mikroplastik tersebut.

“Mikroplastik yang mengendap di dasar perairan juga akan berdampak buruk bagi biota yang tinggal di dasar perairan, seperti kerang, kupang, rajungan dan cumi-cumi,” katanya.

Biota jenis kerang-kerangan mencari makan pada sedimen yang mengendap. Air yang mengandung mikroplastik akan mengendap pada sedimen dan besar kemungkinan akan dimakan kerang, kupang, rajungan dan cumi-cumi.

“Mikroplastik masuk ke dalam tubuh biota maupun manusia berbahaya karena mikroplastik yang berukuran mikro akan menyumbat saluran pencernaan dan mengganggu system penyerapan nutrisi yang mengakibatkan ikan ataupun manusia mengalami gangguan metabolisme,” tandas Dwi Syadina Putri.

Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak
Kandungan Mikroplastik dalam Sedimen Selat Madura-2021

Dampak mikroplastik dalam tubuh biota akan menurunkan tingkat pertumbuhan, menyumbang produksi enzim dan komplikasi pada system reproduksi, bahkan bisa menimbulkan stres secara patologis.

Mengapa mikroplastik berbahaya?. Mikroplastik berasal dari dua sumber. Pertama, sumber sekunder yaitu dari sampah plastik yang banyak ditemukan di sungai dan pesisir, sampah plastik, seperti tas kresek, sedotan, popok, bungkus, sachet, Styrofoam terdegradasi oleh panah matahari atau gesekan fisik arus air.

Kedua, sumber primer dari butiran-butiran sintetis dalam bahan kosmetik dan perawan tubuh (microbeads) seperti sabun, sampho, lulur dan body scrub. “Mikroplastik memiliki tiga sifat yang menyebabkan mikroplastik menjadi bahan berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup,” tandasnya.

Tiga sifat itu, pertama; terbuat dari polimer polietilen, polipropilen, poliethilpropilen dan PVC dan 7 bahan tambahan (zat aditif berbahaya).

Zat adiktif berbahaya tersebut di antaranya Bisphenols-A (BPA). BPA digunakan sebagai pengeras pada plastik. Efek negatif BPA dapat mempengaruhi perkembangan otak, kanker, diabetes, dan lain sebagainya.

Phthalate 9zat kimia) adalah bahan pelentur atau elastisitas plastik. Phtalate menyebabkan terganggunya system hormon dalam tubuh yang mengakibatkan diabetes, disfungsi seksual dan menopause dini.

Sifat kedua, yakni mikroplastik menjadi media tumbuh bakteripatogen. Dan sifat ketiga; hidrofob memiliki ikatan terbuka sehingga mudah mengikat senyawa polutan yang ada di perairan.

Pesisir utara Jawa Timur diketahui menjadi muara dari polutan logam berat, pestisida, detergen, nitrat, nitrit, phospat yang berasal dari Sungai Brantas dan Bengawan Solo.

“Keberadaan mikroplastik di Selat Madura akan mengikat polutan dan meningkatkan daya racun (toksisitas) polutan,” tandasnya.

Desak Pemerintah Kendalikan Sampah Plastik

Dwi Syadina Putri khawatir terhadap dampak lingkungan dan kesehatan mikroplastik apabila tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah, karena akan mengancam sumber perikanan bagi warga Jawa Timur.

“Kami OPTIK mendesak Pemprov Jatim agar membuat Peraturan Daerah (Perda) pelarangan atau pengurangan plastik sekali pakai sebagai upaya mengendalikan timbulnya sampah plastik di sungai dan pesisir,” katanya.

Selain itu, solusi yang dapat dilakukan yakni meningkatkan koordinasi antar pemerintah daerah yang dilewati sungai dengan pemerintah kabupaten perihal pencemaran dan sampah di laut dan meningkatkan pengelolaan sampah.

Pihaknya juga meminta agar melakukan penelitin lebih lanjut terhadap distribusi mikroplastik yang ada di laut, sedimen maupun biota-biotanya.

Mengingat, kata dia, seafood merupakan salah satu komoditas utama daerah pesisir utara Jawa Timur dan selat Madura.

Pemerintah juga didesak agar menjaga kualitas hasil laut dan kualitas perairan pada wilayah pesisir utara Jatim dan selat Madura dengan menetapkan zona tangkap aman dari mikroplastik.

Hasil Penelitian: Seafood Selat Madura Terancam Mikroplastik, Pemerintah Didesak Bertindak
10 hasil tangkapan perikanan laut tertinggi di Jatim tahun 2019

Pihaknya menyajikan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 yang menyebutkan bahwa, Lamongan, Bangkalan, Sidoarjo, Surabaya dan Gresik menyumbangkan 35 persen tangkapan ikan laut di Jawa Timur hingga 414.644 Ton. Dan Kabupaten Lamongan, Bangkalan dan Gresik merupakan wilayah yang termasuk dalam lima kawasan tangkapan ikan tertinggi tahun 2019.

Oleh karenanya, OPTIK mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan sadar terhadap lingkungan dengan cara tidak membuang sampah dan limbah cair ke perairan sungai dan Laut serta mengurangi pemakaian plastik sekali pakai seperti tas kresek, botol plastik air minum dalam kemasan, styrofoam, sedotan, sachet, popok dan pembalut sekali pakai.

“Laut bukanlah tempat sampah tetapi adalah habitat bagi banyak ikan dan biota laut,” tandasnya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.