PortalMadura.com-Seorang siswa kelas 3 di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Hidayah, Sumenep, diduga menjadi korban perundungan oleh teman sekelasnya. Korban berinisial Y (8) mengalami memar di pipi dan trauma hingga enggan kembali ke sekolah.
Kejadian ini terungkap setelah orang tua korban, Debri, membawa anaknya ke RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep untuk pemeriksaan medis. Hasil visum menyebutkan adanya lebam akibat kekerasan fisik di bagian wajah.
“Anak saya sampai trauma, takut masuk sekolah lagi. Saya langsung bawa ke rumah sakit, dan ditemukan memar di pipi,” ujar Debri, Kamis (7/8/2025), dengan nada pilu.
Debri menyesalkan respons pihak sekolah yang dinilai lambat dan tidak tegas. Ia mempertanyakan ketiadaan panggilan atau tindakan terhadap pelaku berinisial H maupun orang tuanya.
“Pihak sekolah kok diam saja? Harusnya pelakunya dipanggil, orang tuanya juga. Ini kan kekerasan, bukan cekcok biasa,” tegasnya.
Kasus ini muncul di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap fenomena bullying di lingkungan sekolah, menyusul sejumlah kasus serupa di Jawa Timur, termasuk yang viral di SMPN 3 Doko, Blitar, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala SDIT Al-Hidayah, Ustadz Afil, membantah pihak sekolah membiarkan kejadian tersebut. Ia menegaskan sekolah memiliki prosedur internal penanganan perundungan.
“Kami tidak membiarkan kasus ini. Sudah ada upaya dari pihak sekolah dan orang tua pelaku untuk silaturahmi ke rumah korban dan menyampaikan permintaan maaf,” jelasnya.
Namun, kata Afil, kunjungan tersebut belum berhasil bertemu langsung dengan keluarga korban. Pihak sekolah berencana mengulangi kunjungan dalam waktu dekat.
“Insya Allah akan kami lakukan lagi. Kami ingin menyelesaikan ini secara kekeluargaan, sambil tetap memberikan pembinaan kepada semua pihak,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi ke aparat penegak hukum. Namun, kasus ini telah memicu keprihatinan warga sekitar dan memunculkan tuntutan agar sekolah lebih proaktif mencegah kekerasan antar siswa.
Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep belum memberikan keterangan resmi. Namun, sejumlah aktivis anak mendesak agar pihak terkait segera turun tangan untuk memastikan lingkungan sekolah aman dan bebas dari ancaman perundungan.