Ini Nyata, Penulisan Bahasa Madura Salah Tidak Ada Yang Mengkritisi

Avatar of PortalMadura.Com
Ini Nyata, Penulisan Bahasa Madura Salah Tidak Ada Yang Mengkritisi
Ilustrasi (Foto. google)

PortalMadura.Com, Sumenep – Peristiwa salah tulis yang berpengaruh pada makna dan arti, bahkan dinilai salah besar dari segi tata bahasa marak diperbincangkan di media sosial maupun di group-group WhatsApp.

Peristiwa yang masih hangat, kesalahan penulisan ayat Alquran oleh penceramah perempuan yang tampil di televisi swasta nasional dan banner promosi wisata oleh Pemkab Sumenep, Madura, Jawa Timur di Jakarta yang menggunakan bahasa Inggris.

Lalu bagaimana dengan ?. Sejerawan Madura, Tajul Arifin angkat bicara. “Kita memang wajar mengkritisi terhadap sesuatu yang tidak benar, termasuk tentang bahasa yang tidak sesuai dengan kaidahnya masing-masing,” ujar Tajul pada PortalMadura.Com, Rabu (6/12/2017).

Namun, yang menjadi ganjalan bagi Tajul, tentang kesalahan penulisan bahasa Madura yang banyak terjadi tapi tidak ada yang mempermasalahkan.

“Kenapa kok hanya tulisan bahasa Inggris saja yang dikritisi, sedangkan tulisan (ejaan) bahasa Madura yang selama ini sudah tidak benar, tapi tak ada yang mengkritisi,” ucapnya dengan nada kecewa.

Menurutnya, jangankan pada tata bahasa atau paramasastranya, pada ejaannya saja, mayoritas tidak benar. Misalnya, materi pada iklan (banner), rata-rata kurang benar. Padahal bahasa Madura merupakan salah satu kearifan lokal yang sangat perlu dilestarikan.

“Konon di Sumenep banyak yang mengaku budayawan, tapi mereka juga tida tahu tentang ilmunya kearifan lokal yang satu ini,” ucapnya.

Orèng ta' ngartè tèrgâ'na bâsâ, tor ta' tao dhât-sẹ̀dhuddhâ sembâ, tapi tidak merasa malu mengaku budayawan. Lucu kan?. Padahal untuk ejaan bahasa Madura sudah ada pedoman yang sudah baku,” sindirnya.

Ia mengajukan beberapa bahan rujukan yang dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Madura yakni : Hasil Sarasehan tahun 1973, (S 73), Hasil Revisi 2012 (R 12) atau yang umum disebut EMTU (Ejaan Madura Tepat Ucap).

Tajul juga memberikan sejumlah contoh yang sering ditemukan dan salah dalam penulisan :

Ba'na (S 73), bâ'na (R 12/EMTU), tapi ditulis : bekna. (Kamu)

Kaula (S 73), kaulâ (R 12/EMTU), tapi ditulis : kaule. (Saya)

Daggi' (S 73), ḍâggi' (R 12/EMTU) ditulis : deggik. (Nanti)

Menurut Tajul, mayoritas para pengguna bahasa Madura yang notabene orang Madura asli salah dan sudah tidak mampu menggunakan ejaan bahasa Madura yang benar.

“Mereka yang menulis itu, sudah rata-rata menyandang gelar S 1. Aneh tapi nyata kan?,” kelakarnya sambil tersenyum.(Hartono)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Respon (1)

  1. Dalam bahasa Madura yang disebutnya EYD tahun 2003 digunakan simbol-simbol untuk membedakan bunyi, yang hal itu justru mempersulit seseorang untuk belajar Bahasa Madura. Contoh: pengucapan huruf a dalam bahasa Madura ada dua, yaitu a dan â. Begitu juga dalam pengucapan huruf e, yaitu e dan è. Itu cukup membuat masyarakat pusing. Perbedaan pengucapan huruf â dan e hampir tak ada bedanya. Tapi, kenapa keduanya mesti dibedakan?

    Untuk mengucapkan huruf a tidaklah sulit sebab sama dengan mengucapkan kata aku. Dalam bahasa Madura, contohnya adalah kata sossa (sedih). Berbeda dengan pengucapan huruf â yang ternyata sangat mirip dengan pengucapan huruf e atau jika dalam sebuah kata dapat dilihat pada kata ke. Contoh dalam bahasa Madura adalah kata sabâ (sawah). Tulis saja Sabe.
    Misalnya, KAMU iya tulis saja BE’NA tidak perlu memakai â (bâ’na).
    DULU iya tulis saja SABBHEN tidak memakasi â (sabbhân)
    Mator sakalangkong ben nyu’un sapora manabi bede totor bhesa se korang parjhughe.

    Tidak perlu ditulis :
    Mator sakalangkong bân nyu’un sapora manabi bâdâ totor bhâsa sè korang parjhughâ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.