Jelang Penutupan Asian Games, Kualitas Udara Jakarta ‘Tak Sehat’

Avatar of PortalMadura.Com
Jelang Penutupan Asian Games, Kualitas Udara Jakarta ‘Tak Sehat’
Suasana kota Jakarta dilihat dari puncak Monumen Nasional (Monas). (Megiza Asmail - Anadolu Agency)

PortalMadura.Com, – Pesta olahraga Asian Games usai hari ini, dan para atlet nasional telah berhasil menorehkan sejumlah prestasi, namun peringkat Jakarta masih dinilai buruk.

“Data yang kami peroleh menunjukkan kualitas udara selama Asian Games berlangsung di Jakarta “Tidak Sehat”,” kata Bondan Andriyanu, Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, pada Sabtu.

“Konsentrasi PM 2.5 harian memiliki rata-rata di atas 38 µg/m³, namun bila kita melihat data rata-rata setiap jamnya beberapa kali berada diatas 75 µg/m³. Bahkan ada waktu di mana angka rata-rata 1 jam PM 2.5 di Jakarta mencapai angka di atas 100 µg/m³,” jelas dia dalam siaran pers. dilaporkan Anadolu Agency, Minggu (2/9/2018).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh NASA Socioeconomic Data and Applications Center (SEDAC), Jakarta menduduki peringkat tingkat polusi tertinggi kedua jika dibandingkan dengan kota-kota penyelenggara pesta olahraga lainnya.

Konsentrasi PM2.5 Jakarta mencapai 35 µg/m³ atau 3 kali lipat di atas batas aman tahunan WHO, yaitu 10 µg/m³.

Partikel polutan yang paling berbahaya adalah PM 2.5, yang dapat terhirup dan mengendap di organ pernapasan. Jika terpapar dalam jangka panjang, PM 2.5 dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut terutama bagi anak-anak, hingga kanker paru-paru.

Meskipun pemerintah menyangkal buruknya kualitas udara Jakarta, beberapa atlet telah mengeluhkan faktor cuaca dan polusi.

Hendro, seorang atlet jalan cepat, mengungkapkan sulitnya berlaga di Jakarta, di tengah cuaca panas, ditambah dengan kelembaban dan polusi.

“Dibalik euforia kita menjadi tuan rumah perhelatan besar ini, kita harus mendesak pemerintah untuk mencari solusi nyata atas permasalahan polusi. Pernyataan para atlet merupakan kritik keras bagi Indonesia sebagai tuan rumah”, tambah Bondan.

Greenpeace mendesak pemerintah Indonesia untuk memberlakukan standar baku mutu PM 2.5 yang lebih ketat dan memprioritaskan penambahan stasiun pemantau udara yang juga mengukur angka PM 2.5.

“Ini merupakan ancaman kesehatan yang nyata, dan masyarakatlah yang pada akhirnya harus menanggung biaya kesehatan tersebut,” kata dia lagi. (AA)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.