Kak Seto Ingatkan Setop Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan di Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
Kak Seto Ingatkan Setop Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan di Sumenep
Seto Mulyadi pada seminar nasional Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiraraja di Gedung Korpri Sumenep (Foto. Nanik Dwi Jayanti/@portalmadura.com)

PortalMadura.Com, Sumenep – Kak Seto mengingatkan para guru di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, agar tidak melakukan kekerasan pada peserta didik.

“Setop kekerasan dalam dunia pendidikan. Kekerasan akan merusak karakter putra putri kita. Impian anak adalah rumah dan sekolah yang ramah anak,” katanya, Senin (16/9/2019).

Hal tersebut dikemukakan Seto Mulyadi (Kak Seto) pada seminar nasional yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiraraja di Gedung Korpri Sumenep.

Seminar bertajuk ‘Profesionalisme Guru untuk Mewujudkan Generasi Muda Indonesia Hebat Berkarakter‘ diikuti Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI ) Sumenep, Perhimpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Sumenep, delegasi guru SD di Kabupaten Sumenep, Mahasiswa, dan masyarakat umum.

Kak Seto mengajak peserta seminar agar jangan pernah berhenti belajar dan terus mengembangkan kreatifitas termasuk standar kompetensi lulusan pendidik. “Sistem yang tepat juga akan mendukung pengembangan karakter anak didik kita,” terangnya.

Menurut Kak Seto, pada dasarnya anak-anak memiliki karakter baik, kreatif dan senang belajar. Namun yang membuat nakal adalah lingkungan sekitar.

Anak-anak adalah peniru terbaik. Ia pun meminta para orang tua dan pendidik untuk memberikan contoh tauladan dan tidak memaksakan kehendaknya untuk belajar.

“Kita semua harus memahami hak anak sesuai Undang-undang dalam perlindungan anak. Usia anak 18 tahun ke bawah termasuk yang ada dalam kandungan, memiliki hak untuk terus hidup, tumbuh dan berkembang termasuk bermain, belajar dalam suasana yang gembira termasuk mengembangkan bakatnya,” jelasnya.

“Kemudian hak mendapat perlindungan dari kekerasan baik itu psikologis, fisik, maupun kekerasan seksual serta hak partisipasi adalah hak untuk didengar suaranya,” sambungnya.

Ia juga menyarankan untuk membentuk Sparta (Seksi Perlindungan Anak di Tingkat Rukun Tetangga) yakni sebuah gagasan yang dibuat LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) agar bisa menjamin anak terhadap kekerasan yang terjadi di keluarga.

“Tugasnya preventif, orang tua dikumpulkan kalau perlu dibagi foto copy Undang-undang perlindungan anak. Jadi tidak perlu ada lagi membentak-bentak, memukul dan menjewer. Pendidikan tidak identik dengan kekerasan. Didiklah anak dengan kekuatan cinta dan kreatif seperti bernyanyi, mendongeng, dan bermain,” ujarnya.

Di samping itu, Rektor Unija Sumenep, Sjaifurrachman menyampaikan, seorang guru diharapkan memiliki kesadaran meningkatkan wawasan dan pengalamannya sebagai bentuk profesionalisme agar memberikan pengaruh kepada anak didik.

“Tantangan seorang guru adalah memahami dan mempelajari perkembangan zaman dan memanfaatkannya untuk menambah kompetensi diri sehingga mampu memberikan pengarahan bagi anak didiknya,” katanya

Sedangkan karakter bagi sebuah generasi, menurutnya dibentuk tidak hanya kompetensi mereka sendiri tapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan sekitar.

“Jika karakter-karakter hebat ini ada dalam diri anak didik lalu mendapat pendidikan dari seorang guru, maka akan membentuk generasi muda yang hebat. Generasi muda ini yang akan memimpin, membangun Indonesia ke yang lebih baik,” pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut juga menghadirkan pemateri lain yakni Arumi Bachsin yang juga selaku Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur dan Achmad Fauzi sebagai Wakil Bupati Sumenep.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.