PortalMadura.Com – Multitasking adalah kemampuan untuk menjalankan tugas atau pekerjaan lebih dari satu dalam sekali waktu. Seringkali kemampuan multitasking dianggap praktis dalam menyelesaikan banyak tugas sekaligus. Bahkan tak jarang, remaja mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.
Walaupun multitasking membantu lebih cepat dalam mengerjakan tugas-tugas, otak justru mengatakan sebaliknya. Ketika otak mencoba untuk melakukan banyak tugas, itu bisa merusak otak dengan cara yang berdampak negatif pada kesejahteraan, kinerja mental, dan produktivitas.
Dilansir dari laman Popmama.Com, Senin (22/3/2021), berikut dampak buruk multitasking bagi otak dan produktivitas anak:
Mengurangi Kinerja Mental
Multitasking dapat merusak produktivitas, membuat kesalahan, dan menghalangi pemikiran kreatif. Hal ini karena manusia punya kapasitas yang sangat terbatas untuk pemikiran simultan, dan hanya dapat menyimpan sedikit informasi dalam pikiran pada saat apapun.
Menyebabkan Kerusakan Otak
Seorang multitasker yang tinggi memiliki kepadatan otak yang lebih sedikit di anterior cingulate cortex, yang merupakan wilayah otak yang bertanggung jawab atas empati dan kendali emosional. Hal ini dapat menyebabkan secara permanen mengubah struktur otak setelah penggunaan yang lama.
Mengurangi Fokus
Multitasking yang dilakukannya mengurangi fokus dan konsentrasi anak saat belajar. Multitasking menciptakan respon berputar seperti kecanduan dopamin, yang secara efektif memberi penghargaan pada otak karena kehilangan fokus dan terus mencari rangsangan eksternal.
Menciptakan Stres dan Kecemasan
Multitasking meningkatkan produksi kortisol otak, yang merupakan hormon yang menciptakan stres. Sehingga multitasking merupakan lingkaran berbahaya karena menyebabkan stres dan kecemasan yang terus-menerus.