Ketua DPP Hanura Sikapi Anjloknya Harga Jual Komoditas Pertanian

Avatar of PortalMadura.Com
Jelang Maulid Nabi, Harga Kebutuhan Dapur Mulai Merangkak Naik di Bangkalan
Harga Komoditas di Pasar Tradisional Bangkalan

PortalMadura.Com, Jakarta – Anjloknya sejumlah komoditas harga pertanian membuat para petani terus merugi. Padahal, pada musim kemarau biasanya harga hasil pertanian naik karena ongkos dan biaya tanam yang mahal.

Ketua DPP Partai Hanura, Ahmad Nawardi menyebut rendahnya nilai jual hasil pertanian karena petani tidak punya kedaulatan dalam menentukan harga.

“Akibatnya prospek pertanian semakin tidak diminati. Padahal pertanian merupakan identitas bangsa. Tapi situasi seperti ini mengakibatkan para petani berbondong-bondong pindah profesi,” kata Nawardi, di Jakarta, dalam siaran persnya Selasa, (12/9/2017).

Mirisnya menurut Nawardi, dalam setiap tahun selalu terjadi penyusutan jumlah petani karena persoalan rendahnya kesejahteraan, yang salah satunya diakibatkan oleh terus meruginya para petani.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Nawardi menjelaskan di tahun 2013 petani di Indonesia mencapai 39,22 juta turun menjadi 38,97 juta di tahun 2014 dan hanya mencapai 37,75 juta di tahun 2015.

Mengacu kepada hitungan ini jelas Nawardi, maka diprediksi dalam 50 tahun ke depan tidak tersisa lagi petani di negeri ini.

“Bukan cuma masalah profesinya semata, itu juga peringatan keras akan keberlangsungan pasokan pangan untuk mencukupi kebutuhan nasional,” terang pria kelahiran Sampang, Madura itu.

Dalam situasi seperti itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jatim ini meminta Kementerian Pertanian (Kementan) lebih reaktif menyikapi masalah tersebut. Terutama dalam membuat skema yang jelas tentang harga hasil pertanian.

“Langkah seperti ini penting untuk meminimalisir potensi kerugian yang harus ditanggung para petani. Karena selama ini faktanya para tengkulak terlalu dominan dalam menentukan harga beli dari petani,” terang Wakil Ketua Komite II DPD RI tersebut.

Selain itu, Nawardi juga mendesak Kementan mampu mensosialisasikan secara efektif penanganan hama yang sering menggerogoti tanaman petani. Nawardi meyakini jika petani sebagian besar masih belum tahu cara efektif dalam membasmi hama pertanian.

“Sehingga riset-riset pertanian harus diarahkan dalam memecahkan masalah yang lazim terjadi seperti ini. Supaya lebih implementatif. Jangan biarkan para petani menanggung sendiri masalah yang dihadapinya,” ujarnya.

Sebelumnya dilansir dari Jawa Pos pada Senin, (11/9/2017) para petani di Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat enggan memanen hasil pertaniannya. Petani beralasan, harga jual tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Cabai hijau besar misalnya, di tingkat petani yang dibeli tengkulak hanya Rp 4 ribu per kilogram. Harga tersebut tidak sebanding dengan biaya ongkos petik harian yang mencapai Rp 35 ribu per orang.

Bahkan harga dua komoditas lainnya para petani di Waled seperti terong ungu dan bawang merah juga anjlok. Di tingkat petani saat ini harga terong ungu hanya Rp 500 per kilogram. Sedangkan bawang merah hanya Rp 8 ribu per kilogram.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.