Ketua Komisi B DPRD Jawa Timur Ngotot Tolak Keputusan Impor Garam

Avatar of PortalMadura.com
Ketua-Komisi-B-DPRD-Jawa-Timur-Ngotot-Tolak-Keputusan-Impor-Garam
Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur, Aliyadi Mustofa (Foto: Marzukiy @portalmadura.com)

PortalMadura.Com, Pamekasan – Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur, Aliyadi Mustofa, mempersoalkan kebijakan pemerintah untuk mengimpor garam hingga 3,7 juta ton.

Menurutnya, kebijakan tersebut mengindikasikan pemerintah tidak melihat kondisi di lapangan, dimana garam lokal saat ini surplus. Hal tersebut harus menjadi perhatian serius pemerintah agar tidak membuat kebijakan yang justru merugikan rakyat.

“Pemerintah mau 3 juta ton sekian itu berarti pemerintah tidak bisa melihat fakta di lapangan dan itu sangat menyakiti sekali para petani garam kita,” katanya, Jumat (9/4/2021).

Aliyadi menambahkan, alasan kualitas garam lokal yang rendah hanya sebatas alibi pemerintah untuk melakukan impor garam. Sebab, sejatinya kualitas garam lokal tidak kalah dengan garam luar.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengungkapkan, apabila kualitas garam lokal memang lebih rendah, tentu kondisi itu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memberikan pendampingan serius kepada para petambak, termasuk bantuan alat guna meningkatkan kualitas garam tersebut.

“Tapi itu alasan lama jika dibilang garam kita lebih jelek. Selalu mengatakan bahwa garam yang ada di kita ini tidak memenuhi kualitas. Itu akal-akalan saja,” teganya.

Gus Aliyadi melanjutkan, tugas besar pemerintah saat ini adalah memberdayakan para petambak garam lokal guna meningkatkan hasil produksi dengan kualitas baik. Apabila tugas itu terealisasi, dipastikan Indonesia tidak lagi membutuhkan garam impor.

“Hal yang harus dilakukan yakni dengan memberikan pendampingan kepada para petambak, serta pengadaan alat akan tingkatkan kualitas garam lokal,” tandasnya.

Legislator asal Sampang Madura tersebut melanjutkan, ekonomi rakyat yang sedang terpuruk akibat pandemi covid-19 tersebut seharusnya pemerintah bisa menyerap garam lokal, bukan justru membuat kebijakan impor garam yang justru menyakitkan hati petambak.

“Pemerintah dalam mengimpor garam itu bukan satu solusi. Ini semakin memperlihatkan kepada rakyat, bahwa mereka (pemerintah) belum bisa hadir dalam rangka memberikan solusi itu,” tegasnya.

Aliyadi kembali menegaskan, jika dirinya tidak setuju atas kebijakan impor garam tersebut. Karena petambak garam lokal seharusnya dilindungi oleh pemerintah. Apalagi, Presiden Joko Widodo sering menyampaikan tidak akan melakukan impor garam, beras, gula dan lain-lain.

“Kesimpulan saya, saya sangat tidak setuju, dan ini sangat melukai hati masyarakat kita, sangat tidak rasional,” tutup dia.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.