Kidung Cinta Bangsacara-Ragapadmi (edisi 3)

Avatar of PortalMadura.Com
Pengunjung Pulau Mandangin
Pengunjung Pulau Mandangin

PortalMadura.Com – Beberapa bulan setelah menyerahkan Ragapadmi pada ibunya, barulah Bangsacara pulang ke desa menengoknya. Semula ia mengira hanya akan menemui pusara wanita itu. Tapi betapa terkejutnya ia ketika sampai di rumah. Ada seorang wanita cantik sedang duduk menyisir rambut di balai-balai bambu depan rumah ibunya… Ragapadmi!.

Dalam perawatan ibunya, Ragapadmi ternyata pulih dengan cepat. Wajahnya yang semula penuh lendir dan kulit yang terkelupas itu, kini telah kembali bersih dan berbinar-binar, bahkan lebih cantik dari sebelumnya. Bangsacara terpana, tapi ia berusaha menyembunyikan perasaannya dan mengatakan akan membawa Ragapadmi kembali ke istana. Tak disangka, Ragapadmi malah menangis.

“Kakang Bangsacara… kenapa Kakang begitu tega terhadapku. Cukuplah sekali Kakang membawaku ke keraton. Cukup sudah penderitaanku. Mengapa Kakang tega membawaku kembali ke sana….”.

Bangsacara terpana untuk kedua kalinya. Semula ia mengira Ragapadmi akan bahagia bisa kembali ke lingkungan istana. Selama ini ia mengira Ragapadmi bahagia dengan nasibnya menjadi istri raja, walaupun selir. Ternyata ia salah. Ragapadmi tak pernah menikmati kehidupan di istana. Ragapadmi tak pernah bahagia dengan perkawinannya. Karena tak ada cinta di sana. Cintanya telah tertambat pada Bangsacara, sejak pertama kali mereka berjumpa.

Kijang incarannya itu mulai tenang, tak lagi curiga dengan maut yang sedang mengintai. Bangsacara menimang-nimang tombak di tangannya, bersiap menyerang dengan jurus andalan. Ketika tiba saat yang tepat, Bangsacara secepat kilat keluar dari tempat persembunyiannya, berlari ke arah buruannya bagaikan seekor raja hutan.

Kedua ekor anjingnya menggonggong dengan ribut sambil mengepung dari kedua sisi. Kijang itu tersentak kebingungan, serba salah hendak lari kemana, menjadikannya sasaran empuk bagi lemparan tombak Bangsacara yang segera meluncur deras. Tak pernah meleset, selalu akurat dan mematikan.
Kijang itu pun roboh dengan lengkingan menyayat. Bangsacara berjalan mendekati buruannya dengan perasaan puas. Sudah lengkap lima ekor kijang, kini ia tinggal membawanya ke keraton dan bereslah tugasnya. Besok ia bisa kembali lagi ke desanya, mengunjungi lagi ranjang pengantinnya dan melanjutkan apa yang tertunda.(Bersambung, Cerpen Karya Rahadi W- Mandangin Bersama, 28 Mei 2013)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.