“Saya juga tak percaya bisa sampai di Madura. Tak ada pesan yang saya terima untuk melangkahkan kaki ke sini. Namun seolah ada yang menarik saya untuk datang dan tinggal di makam ini. Saya menganggapnya sebagai takdir yang harus dijalani. Hanya itu yang bisa saya katakan,” ungkapnya.
Kebulatan hati Abdurrohman menetap di makam diperkuat oleh mimpi. Dalam bunga tidurnya (mimpi) pada suatu malam, ia tengah berjalan-jalan untuk melihat suasana Desa Pocong. Di sepanjang jalan desa yang dilalui, banyak orang menyapa lalu menundukkan kepala padanya.
Ada pula yang menyapa sambil mengatakan agar ia tidak boleh meninggalkan makam. Orang tersebut lalu menyambung dengan perkataan jika segala kebutuhan kesehariannya (makan dan minum) selama tinggal di makam insya Allah akan terpenuhi.
Legenda Ke’ Lesab
Nyai Pocong. Itulah sebutan penduduk Desa Pocong pada Nyai Ageng Dewi Maduretno. Paras cantik menjadikannya sebagai kembang desa. Saat Panembahan Sedhomukti meninjau kondisi rakyatnya di Desa Pocong, beliau langsung jatuh hati begitu melihatnya. Tidak lama berselang gadis itu dipersunting dengan status selir.
Setelah menikah …