PortalMadura.Com, Surabaya – Ekowisata Mangrove Wonorejo di Surabaya tengah menghadapi tantangan besar terkait tumpukan sampah yang terbawa dari hulu sungai. Sampah ini terakumulasi di kawasan pesisir dan menjadi masalah utama setiap harinya. Menurut Abdul Devid Fatah Mubarok, Humas Ekowisata Mangrove Wonorejo, penumpukan sampah ini membuat area hilir penuh dengan berbagai jenis sampah, meskipun laut tampak lebih bersih.
Untuk menjaga kebersihan, tim Ekowisata Mangrove Wonorejo melakukan pembersihan sampah hampir setiap hari dengan melibatkan 7-8 orang dalam setiap kegiatan. Selain itu, mereka bekerja sama dengan kampus-kampus di Surabaya seperti Unair, ITS, dan UPN dalam aksi lingkungan. Menurut penelitian dari mahasiswa ITS, sampah yang terkumpul di pesisir mencapai 1,2 ton per hari, setara dengan 60-70 karung sampah.
Masalah sampah tidak hanya mengganggu estetika lingkungan, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan mangrove di kawasan tersebut. Mangrove yang ditanam sering kali mati karena terhalang sampah. Jenis mangrove seperti Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Rhizophora apiculata, yang berperan penting dalam menahan gelombang pasang surut, menjadi terancam jika sampah terus menumpuk di area pesisir.
Selain sampah, abrasi juga menjadi ancaman bagi kawasan mangrove. Upaya restorasi dan reboisasi dilakukan untuk mencegah degradasi lebih lanjut, termasuk penggunaan bambu tradisional untuk melindungi mangrove dari ombak besar. Meski tantangan yang dihadapi berat, upaya menjaga kelestarian mangrove Wonorejo terus dilakukan dengan dukungan masyarakat dan berbagai institusi pendidikan.