Oleh : Nor Fitriyah*
Bagaimanapun juga tulisan yang menyoal lagu “Mencinta Tanpa Dicinta” itu telah terlanjur mempengaruhi pikiran publik. Ia telah menjadi diskursus. Wajar jika kemudian tulisan itu telah memantik re-aksi dari segenap penjuru.
Saya meyakini ragam pembelaan yang muncul -dalam batas-batas tertentu- bukan lah pemujaan. Apalagi fanatisme buta. Tapi lebih karena ‘serangan’ bertubi-tubi itu dibalut dengan argumentasi tak proporsional bahkan terkesan mengada-ada.
Celakanya lagi di-orkestrasi agar diamini publik. Seperti ingin menghakimi tapi lupa pasal, lupa ayat atau bahkan lupa bahwa setiap manusia berhak mengekspresikan diri karena dijamin konstitusi.
Kalau kita percaya dengan hukum kausalitas maka berlakulah siapa yang menabur angin, ia sendiri yang akan menuai badai. Bisakah kita terima dengan nalar sehat jika kreativitas mencipta dan melantunkan sepotong lagu itu ujug-ujug dipaksakan agar dipersepsi publik sebagai simbol prilaku hedonis, misalnya? Terlalu jauh panggang dari api.
Apa hubungan sepotong lagu dengan narasi kemiskinan yang dipakai sebagai ‘senjata’ untuk menikam?. Lalu apa yang salah dengan ‘Mencintai Tanpa Dicintai’?.
Yang jelas upaya menghubung-hubungkannya dilakukan untuk mendiskreditkan. Padahal, banyak sekali program yang lebih elegan untuk diperbincangkan sebagai upaya mengurangi tingkat kemiskinan di Sumenep, misalnya program satu data sebagai basis pengambilan kebijakan strategis di setiap sektor untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan angka kemiskinan pasca Covid-19 bukan hanya di Sumenep, di daerah lain juga sama bahkan secara nasional problem bertambahnya angka kemiskinan itu menjadi persoalan yang teramat pelik dan pastilah kita sama, bercita-cita untuk segera menanganinya walaupun mungkin dengan cara berbeda.
Pada akhirnya, saya harus bersepakat dengan jackques derrida (filsuf kontemporer Prancis) bahwa tak ada teks yang lahir dari ruang hampa.
Oleh karenanya teks apapun tak akan pernah steril dari tendensi yang berkelindan dengan (mungkin niat suci). Mudah-mudahan kita semua selamat tak tersesat dalam labirin tak berujung.
Berikut Lirik Lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” (Karya Bupati Sumenep Achmad Fauzi 2022)
Tak Pernah Terbayangkan Rasa ini
Mencintai Tanpa Di cintai
Walau Berat rasa ini sayang kepadamu
Akhirnya kupasrahan Rasa ini
Tentang Rindu Tanpa Rasa Rindu
Tapi Rasa ini selalu ada untukmu
Reff
Oh Tuhan Tolong
Jaga dia untuk aku
Dalam rinduku selalu
Kumencintai setulus hati kepadanya
Sayangi dia selamanya
Akhirnya kupasrahan Rasa ini
Tentang Rindu Tanpa Rasa Rindu
Tapi Rasa ini selalu ada untukmu
Oh Tuhan Tolong
Jaga dia untuk aku
Dalam rinduku selalu
Kumencintai setulus hati kepadanya
Sayangi dia selamanya
Di setiap malamku selalu ada bayangnu
Dalam doa2 ku kupanjatkan untukmu
Cinta tulusku padamu
Rinduku selalu untukmu.
(**)
*Penulis : warga Sumenep
Sumenep, Minggu 31 Juli 2022