Mengapa Perusahaan Berprinsip ESG Semakin Diminati Investor Asing?

Mengapa Perusahaan Berprinsip ESG Semakin Diminati Investor Asing?
Investor Asing 'Jatuh Hati' pada Perusahaan Berprinsip ESG (Sumber : PT Anagile Kharisma Utama)

PortalMadura.ComPrinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) kini menjadi faktor penting dalam menarik investasi asing. Selain mencerminkan komitmen terhadap keberlanjutan, ESG juga berperan sebagai indikator risiko dan prospek pertumbuhan jangka panjang bagi perusahaan maupun negara. Investor global semakin selektif dalam memilih entitas yang mampu mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik dalam operasionalnya. Misalnya, perusahaan yang menerapkan energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, atau beralih ke ekonomi sirkular dianggap lebih kompetitif di tengah meningkatnya kepedulian terhadap perubahan iklim. Negara dengan kebijakan ramah lingkungan, seperti insentif energi bersih dan regulasi rendah emisi, juga lebih menarik bagi investor yang fokus pada portofolio berkelanjutan.

Dari sisi sosial, hubungan perusahaan dengan pekerja, komunitas, dan pelanggan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Perusahaan yang menghormati hak tenaga kerja, mendukung keberagaman, serta memberdayakan usaha kecil dan menengah (UMKM) dianggap memiliki ekosistem bisnis yang stabil dan berkelanjutan. Sebaliknya, wilayah dengan konflik sosial atau catatan buruk terkait hak asasi manusia sering dihindari oleh investor global. Tata kelola yang baik juga menjadi faktor utama dalam membangun kepercayaan investor. Transparansi laporan keuangan, keberagaman dalam kepemimpinan, serta kebijakan antikorupsi menjadi elemen penting dalam meningkatkan daya saing suatu negara. Negara seperti Singapura dan beberapa negara Skandinavia dikenal memiliki tata kelola yang baik, menjadikannya tujuan investasi yang menarik.

Teknologi memainkan peran krusial dalam meningkatkan penerapan ESG. Menurut praktisi IT dan keberlanjutan Bagas Adji Saputra, inovasi digital seperti big data analytics, kecerdasan buatan (AI), dan blockchain memungkinkan pemantauan indikator ESG secara lebih akurat dan real-time. Penggunaan sensor IoT dapat membantu mengukur emisi karbon pabrik secara presisi, sementara teknologi blockchain memastikan transparansi rantai pasok perusahaan. Dengan adopsi teknologi ini, perusahaan lebih mudah memenuhi standar keberlanjutan global seperti EU Taxonomy dan SASB, sehingga memperluas peluang kerja sama dengan investor internasional.

Momentum meningkatnya investasi berbasis ESG menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki iklim investasinya melalui kebijakan yang lebih transparan dan berkelanjutan. Seperti yang disampaikan Bagas Adji Saputra, integrasi teknologi dengan prinsip ESG akan menjadi kunci utama dalam menghadapi era transisi hijau. Dengan meningkatnya kesadaran konsumen serta ketatnya regulasi global, investasi yang berorientasi pada ESG diprediksi akan terus tumbuh. ESG kini bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses