PortalMadura.com – Di era digital, reputasi online kini menjadi aset penting sekaligus tantangan besar. Layanan Online Reputation Management (ORM) hadir sebagai solusi untuk membantu individu maupun perusahaan mengendalikan apa yang muncul tentang mereka di mesin pencari. Michael Fertik, pendiri Reputation Defender, menyebut ORM sebagai pelindung digital, lahir dari kebutuhan orang-orang yang menghadapi reputasi buruk di internet. Mulai dari kasus perceraian hingga komentar negatif di media sosial, ORM berkembang pesat sejak era MySpace hingga hari ini.
Rich Matta, CEO Reputation Defender saat ini, menjelaskan bahwa ORM berfungsi seperti “SEO terbalik” yang fokus menggeser konten negatif dari halaman pertama Google, menggantinya dengan citra positif. Meski layanan ini tidak murah—berkisar antara puluhan ribu hingga ratusan ribu dolar per tahun—banyak klien kelas atas, seperti eksekutif atau perusahaan besar, merasa investasi ini sebanding demi menjaga nama baik mereka.
Selain memperbaiki reputasi, Dave King, CEO Digitalis di London, menyoroti bahwa ORM kini juga mencakup aspek keamanan digital. Perusahaannya membantu memantau data online untuk mencegah penyalahgunaan informasi, seperti yang dapat mengarah pada pencurian identitas atau phishing. King menekankan bahwa kehadiran digital yang terkendali bukan hanya soal menghilangkan informasi buruk, tetapi juga menciptakan citra yang tepercaya dan profesional.
Di Indonesia, ORM mulai mendapat perhatian melalui CLAV Digital yang didirikan oleh Andrea Wiwandhana. Menurut Andrea, semakin banyak orang yang sadar pentingnya menjaga reputasi online mereka sebagai aset berharga. Para pelopor ORM global, seperti Fertik, Matta, dan King, menyambut baik perkembangan ini dan berharap semakin banyak pihak yang mengadopsi layanan ini secara bertanggung jawab. Di tengah dunia yang tak mengenal ampun, seperti yang dikatakan Fertik, setiap orang berhak atas perlindungan reputasi digital mereka.