PortalMadura.Com, Sumenep – Sedikitnya ada delapan hewan khas Madura yang berhasil dihimpun tim PortalMadura.Com dari bergai sumber yang merupakan hewan endemik wilayah Madura.
Hewan-hewan itu, ada yang sudah terkenal di Indonesia. Bahkan ada yang sudah terhendus ke manca negara melalui situs-stitus pecinta hewan kelas dunia.
Hewan itu, endemik Madura yang memang berasal dari Madura. Namun, ada juga jenis fauna/hewan yang memiliki keungulan dibandingkan hewan yang sama di daerah lain, baik hasil persilangan alami yang akhinrya melahirkan jenis hewan baru yang memiliki keungulan berbeda.
Bahkan salah satu diantaranya menjadi primadona para pecinta hewan. Sayangnya, sejumlah hewan khas Madura ini dalam kondisi yang memperihatinkan, banyak diantaranya yang terancam punah dan statusnya menjadi hewan yang dilindungi.
1. Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea abbotti)
Cacatua sulphurea abbotti (Oberholser, 1917) anak jenis hewan ini disebutkan hanya di temukan di pulau Masakambing, kepulauan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura.
Bahkan berdasarkan survei Bird Life Internasional, populasi burung berjambul kuning sangat sedikit. Seperti populasi anak jenis Cacatua sulphurea abbotti yang endemik Masalembu (2008) tinggal 10 ekor.
Populasinya yang semakin menurun dan nyaris terancam punah membuat membuat IUCN Redlist memasukkan burung ini dalam status konservasi Critically Endangered sejak tahun 2.000.
CITES juga telah memasukkan burung ini dalam daftar Apendik I sejak tahun 2005. Dan oleh pemerintah sendiri, burung Kakatua Kecil Jambuil Kuning (Cacatua sulphurea) termasuk binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
2. Burung Pentet (Cendet Madura)
Burung Pentet (Cendet Madura) secara sepintas mungkin tidak jauh berbeda dengan jenis cendet lainnya, berbeda dengan ciri-ciri cendet Madura dewasa yang sudah jelas tampak dari warna bulu yang dominan hitam, dimana warna hitam di kepala tampak ful hitam kelam sampai ke tengkuk (cendet gondrong).
Selain itu ciri-ciri cendet Madura dewasa juga tampak dari bentuk tubuhnya yang ramping, panjang dan proporsional. Ditambah lagi dengan karakter suara yang keras dan serak memekakkan telinga, serta memiliki mental figter dan petarung sejati.
Burung Pentet ini sudah jarang kelihatan di daerah pegunungan (pedesaan). Pada tahun 80-an, masih mudah didapat dan terlihat pada pagi dan sore hari saat mencari makan di areal persawahan (tegal) warga.
3. Ayam Gaok
Ayam Gaok atau bahasa ilmiahnya dikenal sebagai Gallus domesticus, Ayam lokal ini berasal dari Pulau Poteran, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Keistimewaan ayam gaok ini, kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat).
Bentuk fisik ayam Gaok jantan besar, tegap, dan gagah. Ukuran jengger dan pialnya besar dan berwarna merah. Warna kuning kehijauan mendominasi bulu-bulunya, ditambah lagi semburat merah dan hitam pada beberapa bagian. Dan kaki berwarna kuning.
Berat ayam jantan dewasa sekitar 4 kg dan ayam betina sekitar 2-2,5 kg. Ayam Gaok yang dipelihara secara intensif selama pengamatan 12 pekan dapat menghasilkan produksi telur sebanyak 30,2 butir, bobot telurnya 46,7 g, fertilitas 80,1%, daya tetas 79,4%, mortalitas 15,3% dan bobot badan pada umur 8 minggu sebesar 515,8 g (Nataamijaya dan Sitorus, 1992).
4. Kucing Busok (Kucing Raas)
Kucing Busok atau kucing Madura merupakan hewan khas Pulau Raas, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kucing yang satu ini, mempunyai ciri yang sangat menonjol, yakni kemiripan bentuk muka dan postur tubuh dengan leopard dan kucing hutan.
Ukuran tubuhnya lebih besar daripada kucing kampung biasa. Saat ini telah diketahui dua warna yang sering terdapat pada kucing Raas, yaitu: Buso dan Kecubung.
Buso sendiri adalah bahasa setempat untuk warna abu-abu kebiruan polos (blue) seperti yang terdapat pada ras rusian blue atau british shorthair.
Sedangkan kecubung adalah istilah setempat yang diberikan bagi kucing yang berwarna coklat mirip warna kucing myanmar. Sayangnya, kucing dengan bulu warna kecubung memiliki bentuk wajah yang mirip dengan kucing kampung, yaitu lebih oval.
Kucing Busok ini memiliki ekor dengan panjang yang sedang, tetapi bengkok di ujungnya (kinky tail). Bentuk ekor yang bengkok ini menegaskan kucing Madura adalah kucing Asia. Eropa telah lama mengeliminasi kucing dengan ekor bengkok karena dianggap cacat.
5. Burung Gosong
Burung Gosong (Megapodius reinwardtii) adalah salah satu hewan endemik di Pulau Saobi (kepulauan Kangean), Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sekilas burung ini hampir mirip dengan saudaranya yaitu burung maleo yang asli Sulawesi, namun ada beberapa perbedaan diantara keduanya.
Burung Gosong tergolong burung yang bersayap pendek dan hidup di atas tanah. Terbangnya kaku dan biasanya hanya untuk jarak yang pendek, tetapi mampu lari dengan baik. Bila dewasa burung ini berukuran sedang (36 cm), warnanya coklat keabu-abuan dengan sisi muka kemerah-merahan dan jambul pendek.
Tubuh bagian atas coklat merah, bagian bawah keabu-abuan. Burung-burung muda berbintik dan bergaris-garis coklat serta coklat gelap, pada bagiaan iris berwarna coklat, paruh berwarna kuning, dan kaki berwarna jingga.
Burung ini mempunyai kebiasaan hidup sendiri (soliter) atau ber-pasangan (bila sudah kawin), berlari tergesa-gesa di lantai hutan dan semak bahkan hutan bakau, serta menggaruk-garuk tanah untuk mencari serangga. Bila merasa terganggu burung ini akan berlari atau terbang rendah di atas tanah. Pada malam hari mereka bertengger pada ketinggian 5 sampai 10 meter diatas tanah.
Selain kebiasaan tersebut, burung gosong juga mempunyai kebiasaan unik yaitu pada malam hari mengeluarkan suara aneh dan menakutkan, kadang-kadang mengeluarkan suara pangilan berceguk-ceguk rendah. Makanan burung ini adalah buah-buahan kecil dan serangga.
6. Ayam Bekisar (Pulau Kangean)
Ayam bekisar merupakan ayam yang merupakan hewan khas Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep. Hewan ini merupakan fauna maskot provinsi Jawa Timur. Ayam Bekisar yang dikenal paling baik berasal dari Pulau Kangean Madura. Yaitu “Kangean Lama” (Fallus Aeneus) dan Kangean Baru (Gallus violaceus).
Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang halus dan khas, dan tersusun dari dua nada.
Ciri-ciri khusus dari ayam bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip. Jika dibandingkan dengan ayam jago biasa, maka akan terlihat jelas. Bentuk ayam yang mirip sekali dengan bekisar adalah hasil silangan ayam bekisar dengan ayam kampung yang dinamakan bekikuk. Bentuk dan posturnya sama, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya yang berbeda.
7. Musang Pandan Kangean
Musang Pandang (Muspan), yang berasal dari Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, sepintas tidak jauh berbeda dengan musang pada umumnya.
Bedanya, adalah Musang Kangean yang hanya ada di pulau Kangean ini, pada warna bulu dan postur lebih kecil, tengkorak kepala lebih kecil/ mungil serta kaki depan dan belakang lebih pendek dan sepintas mirip Musang Bali (Musbal) dominan hitam.
Musang Pandan Kangean ini, ada yang bulunya dominan hitam tanpa bintik ada garis. Dan bulu dominan hitam dengan bintik dan garis.
Keberadaan Musang yang satu ini, kini banyak diburu oleh para pecinta musang dari berbagai daerah. Di wilayah Sumenep sendiri, juga banyak pecinta musang berbagai jenis dan menyatu dalam sebuah komunitas pecinta musang.
8. Sapi Madura
Sapi Madura adalah jenis sapi lokal yang juga banyak dicari masyarakat. Sapi ini dikenal sebagai sapi dwiguna karena masuk dalam kategori sapi pedaging dan sapi pekerja. Sapi Madura diperoleh dari persilangan antara sapi zebu dan bos sondaicus/ banteng (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987).
Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba.(Tim/Hartono)