Mengenaskan! Air Hujan Ditampung Untuk Konsumsi Selama Musim Kemarau

Avatar of PortalMadura.Com
Mengenaskan! Air Hujan Ditampung Untuk Konsumsi Selama Musim Kemarau
Penampungan Air Hujan

PortalMadura.Com, Sumenep – Sungguh mengenaskan kehidupan sebagian masyarakat di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sampai saat ini, masih ada masyarakat yang menampung air hujan untuk kebutuhan konsumsi selama musim kemarau.

Hal tersebut dialami sebagian masyarakat Desa Gedang-Gedang, Kecamatan Batuputih, Sumenep yang berlokasi di wilayah Gunung Buruan. Di daerah ini, tidak ada mata air maupun aktivitas bantuan air bersih dari pemerintah. Sehingga, masyarakat rela mengkonsumsi air hujan.

PortalMadura.Com sempat menyambangi masyarakat setempat yang hidupnya bertani. “Disini memang tidak ada sumur. Untuk memenuhi kebutuhan air setiap hari, setiap warga harus membuat penampungan air hujan yang ukurannya besar dengan kedalaman puluhan meter,” kata Ny. Maliyah (34), salah seorang warga Gunung Buruan, Sabtu (7/6/2014).

Ia menjelaskan, untuk kebutuhan air bersih sulit terpenuhi. Selain sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor, juga tidak ada program pemerintah yang mampu memasok air ke daerah pegunungan. Akses jalan pun masih penuh batu. “Untuk daerah selatan memang ada tandon air bersih, tapi belum mampu dialirkan ke daerah utara,” terangnya.

Setiap warga mempunyai penampungan air hujan berukuran sangat besar dengan kedalaman puluhan meter. Air hujan tersebut diprediksi cukup untuk kebutuhan selama setahun. “Air hujan yang ditampung itu harus cukup selama musim kemarau. Baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan hewan ternak,” terangnya.

Setelah musim hujan tiba, maka tempat penampungan air tersebut baru dibersihkan untuk persiapan penambungan air hujan yang baru. Aktivitas seperti ini sudah dilakukan secara turun temurun didaerah tersebut. “Warga memang mengharapkan ada solusi untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tapi sampai saat ini tidak ada program dari pemerintah,” imbuh warga lain, Muksin.

Penambungan air hujan tersebut mirip kolam (warga setempat menyebutnya ‘Jedding’). Lokasi pembuatan penampungan air hujan pun berdampingan dengan rumah atau musalla. Aliran air hujan dari atap-atap rumah dengan menggunakan bambu yang dikemas seperti pancuran tersebut air hujan mengalir ke penampungan.

Diatas penampungan air menggunakan penutup yang terbuat dari anyaman bambu. Disalah satu sudut terdapat lubang kecil untuk tempat mengambil air setiap hari.(htn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.