Opini  

Menimbang Ulang Strategi Sungai Brantas

Avatar of PortalMadura.Com
Menimbang Ulang Strategi Sungai Brantas

Oleh: Tafa Ulan Berliana Suci*

Seperti yang kita ketahui banyak orang yang masih belum sadar pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, kecerobohan membuang sampah di sungai akan menimbulkan ketidaknyamanan dan banyak efek samping.

Misalnya, meluapnya air sungai secara signifikan terutama saat musim hujan dan timbulnya efek bau busuk dari sungai yang kotor.

Masalah dari fenomena sungai yang kotor tersebut dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti diare dan gatal-gatal. Manusia merupakan salah satu faktor terbesar penumpukan sampah yang berada di sungai maupun di laut. Karena kurangnya kesadaran dalam diri masyarakat untuk menjaga alam dengan baik, maka proses dalam pengelolaan sampahnya mereka masih lalai dalam melakukan tanggung jawab tersebut.

Penumpukan sampah di sungai umumnya berasal dari alam seperti ranting dan daun yang mudah terurai, tetapi sampah-sampah anorganik yang dibuang manusia seperti plastik lebih banyak terjadi penumpukan dari sampah alam itu sendiri. Yang faktanya sampah plastik susah sekali untuk diuraikan, butuh bertahun-tahun untuk membuatnya terurai berbeda dengan sampah organik.

Ironisnya dibeberapa kasus, ketika masyarakat mengalami banjir dan mengetahui bahwa pemicu terbesar terjadinya bencana tersebut adalah penumpukan sampah di sungai, yang menyebabkan aliran sungai tidak dapat berjalan dengan lancar. Masyarakat masih tetap saja membuang sampah di sungai dan menutup mata akan hal tersebut.

Mengelaknya kesadaran masyarakat akan hal pentingnya membuang sampah di tempatnya. Terbukti oleh masih banyaknya sungai-sungai yang dipenuhi oleh sampah, tidak adanya inisiatif untuk membersihkan sungai, lalu meningkatnya jumlah penduduk juga dapat menyumbang potensi bertambahnya penumpukan sampah.

Kegagalan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) hingga Perum Jasa Tirta (PJT) Malang gagal dalam menjaga kebersihan .

Menurut direktur utama Perum Jasa Tirta, sebenarnya persoalan sampah yang di buang sembarangan terutama ke sungai telah menjadi concern mereka sejak lama.

Keprihatinan akan kondisi sungai Brantas ternyata sudah sepuluh tahun disuarakan dan ironisnya masalah tersebut masih belum bisa terselesaikan secara optimal, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah.

Lembaga Pemerhati Lingkungan Ecoton pada tahun 2022 mendapati cemaran mikro plastik, yang berhubungan tentang persoalan penambangan hingga kematian massal ikan di sungai terpanjang kedua setelah Bengawan Solo ini tetap terjadi.

Ternyata PJT I sudah sedari lama melakukan berbagai studi untuk mengetuk kesadaran instansi tetapi sepertinya belum juga membuahkan hasil. Seperti studi yang dilakukan pada 2004, dimana dari kenaikan produksi sampah perhari yang mencapai 13,63 ton, warga Malang adalah penyumbang sampah terbesar.

Dan parahnya, berita ini telah masuk ke dalam dunia internasional. Sebagai warga Indonesia seharusnya kita merasa malu karena terkenal akan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap alam yang kita tinggali ini.

Bukankah akan lebih bagus terdengar, jika Indonesia dikenal akan kebesihan alamnya terutama sungai yang sedang diperbincangkan ini dan tingginya tingkat kepedulian untuk membuang sampah di tempatnya.

Sebaliknya, pemerintah harus lebih tegas dalam menindak lanjuti hal ini. Dan memikirkan upaya tegas apa yang perlu dilakukan dan menghimbau masyarakat untuk menjaga sungai. Sungai yang bersih akan membuat para penduduk menjadi nyaman dan menjauhkan diri dari penyakit.

Kita sebagai manusia yang telah diberi akal dan pikiran, sudah seharusnya mempunyai kesadaran dan kewajiban untuk menjaga lingkungan di sekitar kita terutama sungai.

Mengurangi dan tidak membuang sampah di sungai haruslah dimulai dari diri kita sendiri. Sehingga kita bisa mengurangi kemungkinan hasil dari dampak buruk yang akan terjadi atas kelalaian manusia itu sendiri, serta kita akan hidup aman dan nyaman tanpa ditakuti oleh bencana alam seperti banjir. Jadi, mari kita sayangi bumi dengan menjaga dan merawat tempat tinggal kita ini.(**)

*Penulis : Mahasiswi Universitas Muhammadiah Malang (Farmasi).

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.