Tak Berkategori  

Menurut Penelitian, Makanan di 4 Negara Ini Bikin Panjang Umur

Avatar of PortalMadura.Com
Menurut Penelitian, Makanan di 4 Negara Ini Bikin Panjang Umur
ilustrasi (kompas.com)

Jepang
Jepang sekarang ini boleh berbangga dengan angka harapan hidup tertinggi pada warga yang baru lahir. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka itu bertengger pada 87 tahun bagi kaum wanita dan 80 tahun bagi kaum pria.

Menjelang 2030, penelitian teranyar ini memproyeksikan angka-angka itu naik menjadi 88,4 tahun bagi kaum wanita dan 82,8 tahun bagi kaum pria. Pencapaian itu sebagian besar disebabkan oleh pangan tradisional sehat yang berkisar kepada berbasis tanaman dan padat gizi, yang dihidangkan dalam porsi-porsi kecil.

Kebanyakan makanan Jepang dimulai dengan sup miso yang terbuat dari ulekan miso kaya probiotik dan dibubuhi rumput laut yang kaya vitamin serta mineral seperti iodin dan kalsium. Pangan lazim lainnya adalah nasi, sayur, dan sajian kecil ikan dari jenis yang kaya omega-3 yang menyehatkan jantung dan otak.

“Tidak ada bangsa lain yang lebih tergila-gila kepada kesegaran ikan dibandingkan dengan bangsa Jepang” ujar Joshua Rosenthal.

Teh hijau, yang dinikmati secara luas di Jepang, kaya anti-oksidan dan EGCG, suatu polifenol yang dapat membantu mencegah beberapa jenis kanker.

Swiss
Kue berkanji dan coklat berlimpah di Swiss. Angka harapan hidup untuk 2030 adalah 84 tahun bagi kaum pria dan 87,7 tahun bagi kaum wanita. Tapi, semua sajian tersebut diimbangi dengan pangan tersehat, yaitu yoghurt.

“Hal itu amat penting di sana,” kata Rosenthal tentang produk susu yang biasanya dinikmati dengan museli, dalam makanan penutup, maupun disantap begitu saja.

Yoghurt kaya akan probiotik yang dapat membantu pencernaan dan menguatkan sistem kekebalan tubuh, sekaligus protein yang menyehatkan.

Apalagi warga Swiss biasanya memilih jenis pangan yang penuh lemak dan tanpa gula, sehingga lebih mengenyangkan dan lebih mudah dicerna tubuh.

Tapi, menurut Rosenthal, bukan sekadar urusan makanan Swiss. Atmosfer Alpen juga berperan. “Mutu udara yang dihirup membuatnya sangat berbeda” ungkapnya. (liputan6.com/Salimah)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.