Modal Nekat, Warga Sumenep Sukses Bangun Usaha Warung Sembako di Jakarta

Avatar of PortalMadura.Com
Modal Nekat, Warga Sumenep Sukses Bangun Usaha Warung Sembako di Jakarta
Ach. Sutikno Muarte (Istimewa)

PortalMadura.Com, Depok – Seorang pria kelahiran tahun 1982, Ach. Sutikno Muarte, sukses membangun usaha warung di Jakarta.

Ia berasal dari wilayah Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

“Awalnya saya nekat datang ke Jakarta pada tahun 2010 untuk buka usaha warung,” kata Tikno, sapaan akrab, pada PortalMadura.Com, Jumat (3/2/2023) pagi.

Pahit manisnya membuka warung dengan modal pas-pasan itu, ia jalani selama 1 tahun. Ia melawan capek, letih dan harus buka 24 jam non stop.

Tak ada cerita manis di tahun pertama membuka usaha warung sembako. Setiap harinya hanya melayani pembeli yang datang ke warungnya dan mengambil barang sendiri ke agen dengan menggunakan motor.

“Dari perjalanan itu, saya hanya berharap semoga ada perubahan besar [kedepannya] dalam hidup ini,” katanya.

Berkat ketekunannya, pria yang berpenampilan apa adanya itu, akhirnya bangkit dengan cepat. Terjadi perubahan besar dalam hidupnya, khususnya dalam ekonomi rumah tangganya.

Pada tahun ke-3, ia bisa memiliki 3 warung sembako. Selain dijaga sendiri, ada yang dijaga oleh keluarga dekat dan teman-temannya.

Ke-3 warung itu diberinama ‘Basmalah 1', ‘Basmalah 2' dan ‘Basmalah 3'. “Diberi nama Basmalah, karena warung pembukaan awal memulai usaha saya,” kenangnya.

Pada tahun ke-3 hingga ke-4, ia merasa ada dipuncak kesuksesannya. Apa yang diinginkan lebih mudah untuk terpenuhi dibanding ‘bertarung hidup' di kampung halamannya.

Jodoh pun ia dipertemukan dengan orang Jakarta. Kini, memiliki 4 keturunan dengan wanita idaman hidupnya. “Saya bersama anak-anak dan istri,” katanya.

‘Jatuh Bangun'

Usaha warung sembako yang dibangun Tikno tak selamanya berbuah manis. Ia mengaku sempat ‘jatuh bangun' dan harus pulang kampung ke Sumenep bersama anak-anak dan istrinya. Sayangnya, ia enggan menceritakan detail ‘runtuhnya' usaha yang dibangun yang sempat mencapai puncak itu.

Pada tahun 2016, Ia kembali ke Jakarta dan memilih wilayah Depok untuk kembali membuka usaha warung sembako. Tetapi tak semulus yang ia bayangkan. Bekerja pada orang lain pun harus dilakukan.

“Saya juga sempat menjaga warung keluarga [milik orang] selama satu tahun,” terangnya.

Tahun kedua sejak kembali lagi ke Jakarta, Ia mengaku seperti ‘dicambuk' untuk kembali bangkit. Situasi ekonomi yang kurang baik menjadi alasan utama agar terus berusaha demi anak-anaknya dimasa mendatang.

Tak butuh waktu lama, ia pun kembali meraih kejayaan pada bidang yang sama. Bahkan saat ini, ia sudah menyatukan sejumlah warga asal Madura dalam sebuah komunitas ‘persatuan warung sembako Depok' yang diberi nama ‘Tak Ronero'.

Ada sekitar 200-an warung sembako yang tergabung dalam komunitas tersebut. Ia pun didapuk sebagai ketua paguyuban tersebut.

“Target saya, komunitas itu wajib punya tersendiri sehingga perkembangan usaha warung milik warga Madura lebih cepat,” kata Tikno yang enggan menyebutkan omzet warung sembako milik pribadinya.

Menurut Tikno, keberadaan agen juga menentukan perkembangan cepat tidaknya sebuah warung sembako berkembang. “Dengan memiliki agen sendiri, maka dapat menentukan harga sembako lebih bersaing,” ujarnya.

Pihaknya berharap ada pihak lain yang dapat membantu untuk memperkuat modal agen sembako yang akan digarap warga Madura, khususnya di wilayah Depok. “Kami tentu butuh tambahan modal untuk realisasi agen sembako yang sedang direncanakan ini,” katanya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.