Moms, 4 Hal yang Tak Boleh Anda Katakan Saat Si Kecil Menangis

Avatar of PortalMadura.Com
Moms, 4 Hal yang Tak Boleh Anda Katakan Saat Si Kecil Menangis
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Mengetahui si kecil menangis tentu akan membuat orang tua bingung. Sehingga biasanya mereka akan melakukan berbagai cara untuk menghentikan tangisan si kecil. Mulai dari mengiming-imingi sesuatu atau bahkan langsung membelikan apa yang di inginkan.

Namun yang perlu Anda perhatikan sebagai orang tua, saat anak menangis jangan sekali-kali mengatakan beberapa kata ini agar tangisan si kecil tidak bertambah parah atau bisa menimbulkan trauma. Penasaran?

Berikut ulasannya:

“Masak Begitu Saja, Nangis?”
Anda mungkin mengatakan ini dengan maksud menenangkan si kecil. Tapi kalimat ini tidak tepat, Moms. Pertama, dengan menggunakan kalimat ini, Anda sama saja mengatakan kepada anak bahwa apa yang membuat mereka marah atau sedih bukanlah hal yang berarti atau patut ditangisi. Padahal, kalau si kecil sampai menangis karenanya, berarti hal ini cukup berarti untuknya.

Terang saja kalau anak merasa tidak dihargai atau tidak dimengerti sehingga ia pun tidak menghentikan tangisannya. Bisa-bisa, anak justru menangis lebih keras karena kecewa pada Anda.

Ini sama halnya bila anak menangis karena ia terjatuh lalu Anda mengatakan, “Enggak usah nangis, kan enggak sakit!” Dari mana Anda tahu, Moms? Kan yang jatuh bukan Anda?

Meskipun Anda yakin jatuhnya tidak menimbulkan rasa sakit, bisa saja si kecil menangis bukan karena rasa sakit tapi karena ia terkejut, kesal, marah bahkan malu. Jadi coba perhatikan keseluruhan aspek psikologis yang dialami anak.
Coba berpikir dari sudut pandangnya. Kalau saja bisa, mungkin anak akan berkata pada Anda, “Sakitnya tuh, di sini!” Jadi lebih baik, tanyakan pada anak, “Apa yang kamu rasakan?” dan tunjukkan bahwa Anda mau mencoba memahaminya.

“Jangan Cengeng!”
Menangis tidak sama dengan cengeng lho, Moms. Jangan pukul rata dan menanamkan hal ini pada anak.
Menangis merupakan reaksi fisiologis. Semuanya berawal di otak besar di mana kesedihan ‘didaftarkan’. Sistem endokrin kemudian dipicu untuk melepaskan hormon ke daerah okular, yang kemudian menyebabkan air mata terbentuk.

Reaksi dan sistem ini, dimiliki oleh manusia, tanpa mengenal usia, jenis kelamin maupun cengeng atau tidaknya seseorang. Jadi pahami dulu bahwa menangis adalah normal. Menangis adalah bagian dari kehidupan.

Bila Anda tidak ingin si kecil menjadi cengeng, alih-alih memberi si kecil label demikian lebih baik bantu anak untuk belajar dan berlatih mengelola emosi. Dengan demikian anak tahu harus berbuat apa bila menghadapi perasaan tertekan sehingga terhindar dari perasaan tidak berdaya, frustrasi, dan marah.

“Anak Laki-laki Tidak Boleh Menangis”
Apakah kelak anak laki-laki Anda tumbuh menjadi laki-laki sejati, bukan ditentukan oleh masalah boleh menangis atau tidak. Itu sebabnya, Anda tidak perlu menjadikan menangis sebagai hal yang tabu untuknya.

Melarang anak laki-laki menangis sama artinya dengan melarang anak mengekspresikan ketakutan, kesedihan, dan kesakitannya. Larangan ini hanya akan membuat anak merasa bingung, tidak dihargai dan tidak dimengerti. Bisa jadi, anak juga akan merasa dipermalukan, terpojok, dan kecewa.

Lebih baik, tanamkan pada anak laki-laki Anda bahwa seorang laki-laki sejati merupakan laki-laki yang bertanggung jawab, percaya diri, tidak bersikap kasar, mampu melindungi mereka yang lebih lemah dan penuh kasih sayang. Laki-laki sejati tidak melakukan kekerasan, karena perilaku kekerasan biasanya terjadi justru karena tidak adanya rasa percaya diri.

“Kalau Tidak Berhenti Menangis, Awas ya. Rasain Kamu Nanti!”
Mengancam atau membuat takut anak agar ia menghentikan tangisannya, merupakanh cara yang sangat buruk, Moms. Anda hanya akan menumbuhkan rasa benci atau trauma pada anak.

Begitu juga kalau Anda mengatakan, “Kalau nangis terus nanti ibu panggilin polisi!”. Anda mungkin menganggapnya sepele, tapi dengan ancaman seperti ini secara tidak sadar Anda telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan. Tidak mau, kan? (kumparan.com/Desy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.