Pamekasan Kembangkan ‘Rumah Taneyan Lanjhang’ Jadi Edu Wisata

Avatar of PortalMadura.Com
Pamekasan Kembangkan 'Rumah Taneyan Lanjhang' Jadi Edu Wisata
Rumah Taneyan Lanjhang di Kabupaten Pamekasan, Madura (Foto. Hasibuddin-PortalMadura.Com)

PortalMadura.Com, – Rumah ‘‘ (halaman rumah panjang) di Dusun Buddagan, Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Pamekasan, diwacanakan akan dijadikan sebagai Edu oleh pemerintah daerah setempat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pamekasan, Ahmad Sjaifuddin, mengatakan, perencanaan tentang konsep Edu Wisata Taneyan Lanjhang muncul pasca pihaknya menerima usulan dari salah satu pemerhati budaya Madura, Lintu Tulistiyantoro.

“Kami dapat usulan dari pak Lintu tentang Edu Wisata Taneyan Lanjhang,” katanya, Kamis (12/7/2018).

Menurutnya, Edu Wisata Rumah Taneyan Lanjhang akan diaktualisasikan untuk anggaran tahun 2019. Disamping itu, pihaknya juga akan mengkaji dan urun rembuk dengan beberapa pihak.

“Kita akan coba, karena konsepnya adalah wisata edukatif,” ucapnya.

Baca : Makna dan Nilai Budaya Tanean Lanjhang di Pulau Madura

Ia mengungkapkan, konsep Edu Wisata Taneyan Lanjhang tidak hanya sebatas wisata fisik atau tentang keindahan alam saja. Namun, konsep wisata yang akan membuat para pengunjung mengerti tentang makna rumah Taneyan Lanjhang.

“Mengenai pembangunannya, mungkin hanya menambahkan beberapa sarana seperti gazebo dan lainnya,” ujarnya.

Sebelumnya, di lansir PortalMadura.Com, (6/2/2016), Tanean Lanjhang adalah halaman rumah warga Madura cukup panjang. Mereka hidup berkumpul dalam satu lahan dengan bagunan rumah berjajar dan masih mempunyai hubungan keluarga, kerabat atau famili lainnya.

Adapun di sekitar rumah ditanami banyak pohon, seperti bambu. Bambu-bambu tersebut selain untuk pembatas dilingkup Tanean Lanjhang tersebut, juga sebagai pengaman dari hempasan angin kencang.

Halaman rumah atau tanean juga tidak mempunyai pembatas atau pagar, setiap warga lain yang akan bertamu harus melewati jalan atau pintu yang sudah tersedia. Lebih-lebih orang baru, karena akan dianggap tidak sopan bila tidak melalui jalan yang sudah ada.

Selain itu, setiap rumah warga dipastikan mempunyai surau (langgar) sebagai tempat salat atau tempat berkumpul seluruh keluarga. Bahkan, langgar tersebut difungsikan sebagai tempat istirahat kaum laki-laki dan tempat menerima tamu.(Hasibuddin/Putri)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.