PortalMadura.Com, Sumenep – Pasar hewan terpadu di Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang menghabiskan dana miliaran rupiah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sejak 2014 hingga kini terkesan mati suri (tidak dimanfaatkan). Pasalnya, sejak dioperasikan, para pedagang hewan ternak tidak mau menggunakan dengan alasan lokasinya terlalu jauh.
Guna menghidupkan kembali pasar hewan tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat akan berupaya mengundang pedagang sapi luar seperti Pamekasan untuk ikut berjualan di pasar tersebut.
“Kami akan mencoba mendatangkan pedagang sapi dari luar Sumenep agar ikut berjualan hewan di pasar terpadu itu,” kata Kepala Disperindag Sumenep, Saiful Bahri, Kamis (7/3/2019).
Menurut Saiful, selama ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya agar pasar hewan ternak terpadu itu bisa dimanfaatkan dengan baik atau setiap hari ada kegiatan ekonomi di pasar tersebut. Namun, upaya itu rupanya gagal sehingga pasar tersebut tidak berfungsi.
“Bahkan, para pedagang sapi membuat tempat transaksi jual beli hewan ternak di tempat lain. Itu di wilayah kecamatan Kota. Padahal, semangat awal dibangunnya pasar ternak terpadu di Bluto itu untuk memindahkan pasar hewan di Bangkal,” paparnya.
Baca Juga : Pembangunan Jalan Lingkar Utara Sumenep Tunggu Peraturan Bupati
Pasar hewan ternak terpadu itu dibangun sejak tahun 2014 dengan anggaran sebesar Rp 2,3 miliar dari APBN 2014. Pada tahun berikutnya, juga digelontorkan dana Rp 200 juta dari APBD kabupaten. Dana yang diambil dari APBD Sumenep ini untuk pembangunan gedung pusat kesehatan hewan.
Pasar hewan ternak terpadu itu dinilai jauh dari pedagang hewan karena ada di wilayah selatan Kota. Sedangkan, para pedagang hewan ada di wilayah utara kota seperti Kecamatan Dasuk, Batang-batang, Gapura, Manding, Rubaru dan Talango.